AGEN DOMINO
Cerita Dewasa / Cerita Sex / Cerita ABG / Cerita Dewasa Hot / Cerita Dewasa SMA / Kumpulan Cerita Dewasa
Suatu siang aku sedang makan di kantin kampus bersama Nana. Kami ngobrol
ngalor ngidul sambil menunggu jam kuliah berikutnya, saat itu jam 12.00
jadi kantin sedang- penuh-penuhnya. Waktu sedang asyik dalam canda
tawa, tiba-tiba pundakku ditepuk dari belakang dan orang itu langsung
duduk di sebelah kiriku.
“Helo girls, gabung yah, penuh nih !” sapa orang itu yang ternyata si
Samid, salah satu playboy kampusku yang beberapa waktu lalu terlibat
affair denganku.
“Penuh apa alasan buat bisa deketin kita, heh ?” goda Nana padanya.
“Iya nih, dasar, itu tuh disana aja kan ada yang kosong, hus…hus..!!” kataku dengan nada bercanda
“Maunya sih…cuma kalo gue disana takutnya ada yang merhatiin gue,
jadi mendingan gue deketin sekalian” kelakarnya dengan gaya khas seorang
playboy.
“Gila ga tau malu amat, pede abis lo !” sambil kucubit lengannya
Kami bertiga menikmati makan dan obrolan kami semakin seru dengan
datangnya pemuda ini. Harus kuakui Samid memang pandai berkomunikasi
dengan wanita dan menarik perhatian mereka. Dalam empat sekawan geng-ku
saja dia sudah pernah menikmati petualangan sex dengan tiga diantaranya
(termasuk aku), tinggal si Nuri yang belum dia rasakan.
“Kuliah jam berapa lagi nih kalian ?” tanyanya
“Gue sih masih lama, jam tiga nanti, pulang tanggung” jawabku
“Kalo gue sih sebentar lagi jam satu masuk, BT deh kuliahnya Bu
Marwah yang killer itu” jawab Nana sambil mengelap mulutnya dengan tisu.
“Halo Ci….hai Nana !” sapa Nuri yang tiba-tiba nongol dari keramaian orang lalu duduk di sebelah Nana.
Hari itu Nuri tampil dengan penampilan barunya yaitu rambutnya yang
panjang itu dicat coklat sehingga nampak seperti cewek indo. Dia
terlihat begitu menawan dengan baju pink yang bahunya terbuka dipadu
celana panjang putih.
Kuperkenalkan Samid pada Nuri, berbeda dengan kami bertiga yang dari
fakultas yang sama, Sastra Inggris, Nuri berasal dari Fakultas Ekonomi
sehingga dia belum mengenal Samid. Begitu kenal dengan Nuri, Samid
langsung beraksi dengan kata-kata dan pujian gombalnya. Dengan sifat
Nuri yang gaul itu mereka cepat akrab dan omongannya nyambung.
“Dasar kampret darat” begitu gumamku dalam hati sambil menyedot minumanku.
Tak lama kemudian HP Nana berdering lalu dia pamitan karena ada janji
mau mengerjakan tugas kelompok dengan temannya di perpustakaan. Jadi
sekarang tinggallah kami bertiga.
“Ngapain yah enaknya sambil nunggu, bosen kan disini terus ?” kata
Nuri setelah menghabiskan kentang goreng dan minumnya. Ternyata dia
sedang menunggu kuliah jam tiga juga.
“Ke kost gue gimana ? gue sih dah beres ga ada apa-apa lagi” usul Samid
Kami pun mengiyakan daripada menunggu dua jam lebih di kampus, di
kostnya kan banyak film jadi bisa nonton dulu. Kami pun berjalan ke
gerbang samping yang menuju ke kostnya setelah membayar makan.
Hanya dalam lima menit kami sudah tiba di tujuan. Kostnya cukup besar
dan bagus karena termasuk kost yang mahal di daerah sini, terdiri dari
dua tingkat dengan kamar mandi dalam di kamar masing-masing. Penghuninya
campur pria-wanita, tapi menurut Samid lebih dari setengahnya wanita,
makannya dia betah di sini.
“Welcome to my paradise, sori yah rada berantakan” dia membukakan
pintu dan mempersilahkan kami masuk ke kamarnya di tingkat dua.
Ini bukan pertama kalinya aku ke sini, aku bahkan pernah ML disini
saat one night stand dengannya. Pada temboknya terpampang beberapa
poster pemain sepak bola, juga ada sebuah poster anime Kenshin. Foto
pacarnya yang kuliah di luar negri dipajang diatas meja belajarnya yang
sedikit acak-acakan. Kami ngobrol-ngobrol sambil menikmati snack hingga
akhirnya obrolan kami mulai menjurus ke masalah seks.
Samid tanpa
basa-basi menawarkan nonton film bokep koleksinya, dipilihnya salah satu
vcd bokep Jepang favoritnya. Aku tidak ingat judulnya, yang pasti
adegannya membuatku merinding. Kami bertiga hening menatapi layar
komputer seakan terhanyut dalam adegan yang pemerkosaan masal seorang
wanita oleh beberapa pria, sperma pria-pria itu berhamburan membasahi si
wanita.
Darahku serasa memanas dan selangkanganku mulai basah. Nuri di
sebelahku juga mulai gelisah, dia terlihat menggesek-gesekkan kedua
pahanya. Dan, si Samid….oh dia meremas-remas tangan Nuri, dia juga mulai
berani mengelus lengannya. Melihat reaksi Nuri yang malu-malu mau dan
sudah terangsang berat, Samid makin berani mendekatkan mulutnya ke
pundak Nuri yang terbuka. Nuri menggelinjang kecil merasakan hembusan
nafas Samid pada leher dan pundaknya. Karena sudah merasa horny,
ditambah lagi Samid dan Nuri mulai beraksi, akupun tidak malu-malu lagi
mengekspresikan nafsuku pada Nuri yang duduk paling dekat denganku.
Tanganku merayap lewat bagian bawah bajunya dan terus menyelinap ke
balik bra-nya. Aku dapat merasakan putingnya makin mengeras ketika
kumain-mainkan dengan jariku. Mulutku saling berpagutan dengannya, lidah
kami saling beradu dan bertukar ludah. Sementara di sebelah sana, Samid
mulai menjilati leher dan pundaknya, disibakkannya rambut panjang itu
lalu dihirupnya wangi tubuhnya sebelum cupangannya berlanjut ke leher
dan belakang telinganya.
Nuri mendesah tertahan menikmati perlakuan ini, tangannya mulai
bergerak meraih penis Samid yang masih tertutup celana jeansnya,
diraba-rabanya benda yang sudah mengeras itu dari luar. Ciuman Samid
menurun lagi ke bahu Nuri sambil menurunkan pakaian dengan bahu terbuka
itu secara perlahan-lahan, suatu cara profesional dan erotis dalam
menelanjangi seorang wanita. Aku juga ikut menurunkan pakaian Nuri dari
sebelah kiri sehingga pakaian itu sekarang menggantung di perutnya.
Dengan cekatan Samid menurunkan cup BH kanannya dan langsung melumatnya
dengan rakus. Nuri melenguh merasakan payudaranya dihisap kuat oleh
Samid.
Aku sekarang melepaskan pakaianku sendiri hingga bugil lalu
mendekati Samid yang sudah merebahkan tubuh Nuri di ranjangnya. Kupeluk
pinggangnya dari belakang dan melepaskan sabuknya disusul resleting
celananya. Samid berhenti sejenak untuk membiarkanku melucuti dirinya,
disaat yang sama Nuri juga melepasi pakaiannya. Kini kami bertiga sudah
telanjang bulat. Kami menyuruh Samid rebahan di ranjang agar bisa
menservis penisnya. Penis yang sudah mengeras kukocok dan kujilati, lalu
kumasukkan ke mulutku.
Bersama dengan Nuri, kami bergantian melayani ‘adik’ Samid dengan
jilatan dan emutan. Nuri melakukan aktivitasnya dengan terngkurap diatas
tubuh Samid dengan kata lain mereka dalam posisi 69, jadi Samid bisa
menikmati vagina Nuri sementara kami berdua menikmati penisnya. Samid
sangat menikmati vagina Nuri, hal ini nampak dari cara dia menjilat dan
menyedot liang itu, terkadang suara hisapannya terdengar jelas sehingga
membuat Nuri mengerang pendek. Beberapa menit kemudian Nuri mengerang
lebih panjang dan suara seruput Samid terdengar lebih jelas, ternyata
Nuri sudah mencapai orgasme pertama. Samid mengganti posisi, Nuri
disuruh telungkup di ranjang dan pantatnya diangkat menungging, Samid
sendiri mengambil posisi di belakangnya dan mengarahkan senjatanya ke
vagina Nuri.
Nuri merintih sambil meremas sprei menikmati penis Samid
melesak masuk membelah bibir bawahnya. Ketika penis itu masuk sebagian,
Samid menghentakkan pinggulnya dengan bertenaga sehingga penisnya amblas
seluruhnya dalam vagina Nuri. Tubuhnya tersentak pelan dengan mata
membelakak diikuti dengan erangan nikmatnya.
Samid memompa Nuri dengan gerakan-gerakan yang mantap dan erotis
sehingga Nuri tidak sanggup berkata apa-apa selain mengap-mengap
keenakan. Kedua tangannya menjelajahi payudara Nuri yang berukuran
sedang tapi padat, kedua putingnya dipencet-pencet atau dipelintir. Aku
sendiri yang tidak tahan hanya menonton mengambil posisi berselonjor di
depan Nuri, kedua pahaku kubuka lebar dan kudekatkan ke wajah Nuri.
“Nur…jilatin punya gue yah…ga tahan nih !”
Nuri mulai menjilati paha dan vaginaku, lidahnya menari-nari
menggelikitik klitorisku yang sudah menegang sementara tangannya meraih
payudaraku dan mencubit-cubit putingku. Lidah Nuri memberi rangsangan
tak terkira pada kemaluanku sehingga aku tidak tahan untuk tak mendesah.
Desahan kami bertiga pun terdengar memenuhi kamar ini. Kami berganti
posisi menjadi woman on top, Nuri bergoyang di atas penis Samid dan aku
naik ke wajah Samid berhadapan dengan Nuri, kini vaginaku dilayani oleh
Samid dengan lidahnya.
Sambil terus bergoyang aku berciuman dengan Nuri, aku kembali
menikmati lidah sesama jenisku, kami berciuman sambil mengeluarkan
desahan-desahan tertahan.
Ciuman Nuri terus turun ke leherku hingga
berhenti di payudara kananku, sebuah gigitan kecil disertai hisapan pada
daerah itu membuatku menggeliat, disusul tangan Samid menjulur dari
bawah mencaplok yang kiri. Ooohh…sepertinya bagian sensitifku diserang
semua, lidah Samid yang dikeraskan itu melesak masuk lebih dalam dan
bergoyang menggelikitik dinding kemaluanku, tangannya yang satu meremas
dan sesekali menepuk pantatku yang sekal. Aku semakin erat mendekap Nuri
sambil satu tanganku meremas payudaranya.
Tak lama kemudian aku merasa
sesuatu yang mendesak keluar dari bawah sana, ahh…aku tak sanggup lagi
menahan cairan cinta yang mulai membasahi vaginaku. Hal yang sama juga
dialami Nuri tak lama kemudian, dia melepas emutannya pada putingku,
nafasnya makin memburu dan dia menaik-turunkan tubuhnya dengan lebih
cepat.
Tubuh kami berdua mengejang hebat dan erangan klimaks keluar dari
mulut kami. Samid menusuk-nusukkan jarinya ke vaginaku membuat cairan
itu makin meleleh dan tubuhku makin tak terkendali, aku mendesah panjang
tanpa mempedulikan rasa sakit dari kuku Nuri yang mencakar lenganku.
Cairanku diseruput Samid dengan rakusnya, vagina Nuri juga mengeluarkan
banyak cairan sehingga menimbulkan bunyi kecipak air. Goyangan kami
mulai mereda, kami berpelukan menikmati sisa-sisa orgasme barusan, kami
menghimpun nafas kami yang kacau balau, keringat seperti embun membasahi
dahi dan tubuh kami.
Akhirnya kujatuhkan diriku ke samping dan Nuri
jatuh di dekapan Samid. Samid menoleh ke samping bertatapan muka
denganku lalu mengembangkan senyum, nampak mulutnya masih basah oleh
cairan cintaku. Hebat juga dia, bisa membuat dua wanita klimaks dalam
waktu hampir bersamaan, gairahsex.com begitu pujiku dalam hati.
“Gimana girls, ready for next round ? gue belum keluar nih” katanya sambil mengelus rambut panjang Nuri.
“Hhhh…lu duaan aja dulu deh, gue kumpul tenaga dulu. Heh sialan lu
Nur, pakai cakar-cakaran segala sakit tau, nih !” omelku memperlihatkan
bekas cakaran di lengan kiriku yang sedikit berdarah sambil mencubit
lengannya.
“Hihihi…sory dong Ci, tadi kan kita lagi lupa daratan lagi, yang penting kan enjoy juga” jawabnya santai sambil tersenyum kecil.
Sebentar kemudian Samid sudah membalikkan tubuh Nuri menjadi
telentang dibawahnya, lalu kembali penisnya dimasukkan ke vagina Nuri
diiringi desahannya. Ranjang ini sudah mulai bergetar lagi oleh goyangan
tubuh mereka. Sambil menggenjot Samid meraih payudaraku dan memencetnya
lembut sebagai sinyal mengajakku segera bergabung.
AGEN DOMINO
“Ntar yah, gue mo minum dulu nih, haus” kataku sambil bangkit berdiri
dan mengambil sebuah gelas, aku membuka kran dispenser yang terletak di
dekat jendela untuk mengisi air.
Ketika sedang meneguk air tiba-tiba aku mendengar suara kresek-kresek
di pintu. Kutajamkan pendengaranku dan melihat ada seperti bayangan di
celah bawah pintu, pasti seseorang mengintip kami pikirku. Aku tadinya
bermaksud memberitahu mereka, tapi sebaiknya kuselidiki sendiri karena
mereka sedang sibuk berpacu dengan nafsu sampai tidak begitu
menghiraukanku. Kusingkap sedikit tirai jendela untuk melihat siapa di
luar sana, ada seseorang pria sedang menempelkan telinganya pada pintu,
dia juga berusaha mencari-cari lubang untuk mengintip, tapi wajahnya
tidak jelas.
Dalam pikiranku terbesit sebaiknya kuajak saja dia untuk
meramaikan, mumpung aku daritadi belum Dimasuki penis karena Samid
sedang asyik menggumuli Nuri. Maka sebelumnya aku melihat dulu
sekeliling apa ada orang lain lagi selain dia, letak kamar ini cukup
strategis agak ujung dan jauh dari keramaian, setelah yakin tidak ada
siapapun lagi selain pengintip ini kuberanikan diri membuka pintu
mengejutkannya. Pelan-pelan gagang pintu kuputar dan…
“hiya…” orang itu terdorong masuk karena sedang menyandarkan tubuhnya
pada pintu, dengan cekatan pintu kembali kututup. Orang itu benar-benar
terkejut, bingung, dan terangsang melihat sekelilingnya bugil dan ada
yang bersenggama pula.
Samid dan Nuri yang sedang berasyik-masyuk kontan ikut terkejut, Nuri
menyambar guling untuk menutupi tubuhnya dan menjerit kecil. Belakangan
aku tahu dia adalah kacung di kost ini, namanya Amran, usianya masih 17
tahun, anaknya tinggi kurus dan berkulit sawo matang. Tadinya dia cuma
mau mengambil barang di gudang yang kebetulan harus lewat kamar ini,
ketika itu lah dia mendengar suara-suara aneh dan terpancing untuk
mendengar dan mengintipnya. Dia langsung tertunduk-tunduk minta maaf
berkali-kali karena dimarahi Samid yang merasa gusar diintip olehnya.
Namun ketika Samid merenggut kerah baju pemuda itu dan hendak memukulnya
buru-buru aku mencegah dan menenangkan si Samid yang bertemperamen
tinggi.
“Ehhh…udah-udah, dia kan ga sengaja tadi, kita juga yang salah
terlalu keras suaranya…udah lu sana aja terusin pestanya sama Nuri, biar
dia gue yang urus, lagian di sini kurang cowoknya” bujukku mengedipkan
sebelah mata pada Samid. Kuelus-elus dada Samid dan berusaha
menenangkannya, setelah kubujuk-bujuk akhirnya dia mundur juga.
“Tenang Mid, lu orang terusin aja, biar gue urus yang ini”
Akupun tersenyum padanya mencoba mengajak bicara sambil memegangi
kedua lengannya, kurasakan tubuhnya masih agak gemetar dan tertunduk,
entah karena tegang, kaget, atau malu.
“Nama lu Amran ya ?” tanyaku dengan lembut dan dijawab dengan anggukan kepalanya.
“Lu tadi udah ngeliat apa aja Ran ?” tanyaku lebih lanjut
“Belum liat apa-apa kok Non, sumpah…saya cuma denger suara-suara terus saya cari tau” jawabnya terbata-bata
“Terus kamu tau apa yang kita kerjain barusan itu ?” dijawab lagi dengan anggukan kepala
“Kamu pernah ngerasain bercinta sebelumnya ?”
“Nggak pernah Non, paling cuma liat di VCD sambil coli”
“Ya udah Ran, berhubung kamu udah disini gimana kalau gue ajarin kamu
soal gituan” aku tersenyum lagi dan mengangkat wajahnya yang tertunduk,
walaupun gugup tapi matanya terus ke arah tubuhku yang polos,
sebentar-sebentar juga melihat ke arah Nuri.
“Sini Mbak bukain bajunya, biar enakan, ayo…jangan malu-malu disini
semua bugil kok !” kulucuti pakaiannya tanpa menunggu responnya, dia
masih malu-malu menutupi penisnya dengan tangan.
Kutepis tangannya dan kugenggam penis yang masih setengah tegang itu,
aku berlutut di depannya dan mulai menjilati benda itu, kemasukkan
bagian kepalanya ke mulutku dan kuhisap pelan. Aku melirik ke atas
melihat reaksi wajahnya dengan mata merem-melek dan menelan ludah
memperhatikan aku mengoralnya. Makin kukocok benda itu terasa makin
keras dan besar, memang ga jumbo size sih, namanya juga ABG, tapi
kerasnya lumayan.
“Hmmmhhh…Mbak…geli mbak !” erangnya gemetaran.
“Udah jangan cerewet, dikasih enak gratisan malah bawel, nanti juga ketagihan kok” jawabku.
Tiba-tiba terdengarlah suara musik heavy metal mengalun di kamar ini,
sambil terus menyepong kulirikkan bola mataku ke arah suara. Ternyata
si Samid menyalakan MP3 di komputernya dan menyetel volume suaranya
untuk meredam suara kami. Kemudian mereka yang tadinya melongo
memperhatikanku mengerjai anak muda sudah mulai lagi dengan kesibukan
mereka. Kini Samid menaikkan kedua tungkai Nuri ke bahunya dan kembali
melesakkan penisnya ke vaginanya. Setelah beberapa kumainkan dalam
mulutku, penis itu mulai berkedut-kedut, pemiliknya juga mendesah makin
tak karuan. Akupun semakin dalam menelan benda itu hingga menyentuh
daging lunak di tenggorokanku.
“Mbak…ohhh…enakk banget mbak…aahhh !” desahnya panjang bersamaan dengan spermanya yang ngecret di dalam mulutku.
Pipiku sampai kempot mengisap dan menelan cairan itu dengan nikmat,
tak setetes pun tertinggal. Kemudian akupun bangkit berdiri sambil tetap
menggenggam penisnya yang masih ngaceng tapi agak berkurang tegangnya.
“Gimana Ran, pernah diginiin ga sama cewek sebelumnya, rasanya gimana ?” tanyaku dengan senyum nakal.
“Baru pertama kali mbak…he-eh emang enak banget” katanya masih dengan nafas terengah-engah.
“Ini baru pemanasan Dan, masih banyak yang lebih enak kok, yuk sini
deh !” kataku seraya menaikkan pantat ke meja belajar dan mekangkangkan
kedua belah paha mulusku.
Kubimbing penisnya ke arah vaginaku yang terkuak lebar, setelah tepat sasaran kusuruh dia menggerakkan pinggulnya ke depan.
“Blesss….” terbenamlah penis itu ke dalam vaginaku diiringi desahan
nikmat kami. Tanpa kuajari lagi dia mulai menggerak-gerakkan pinggulnya
maju-mundur, sodokannya walaupun terasa makin mantap tapi rasanya masih
ada yang kurang yaitu dia tidak memberi rangsangan pada bagian
sensitifku lainnya, maklumlah namanya juga perjaka, masih amatiran.
Aku
harus terus berinisiatif mengajarinya, maka kutarik kepalanya mendekati
payudaraku yang membusung, kusuruh dia mengeyotnya sepuas hati. Barulah
dia mulai berani menjilati dan mengulum payudaraku, bahkan tangan
satunya kini aktif menggerayangi payudaraku yang lain.
Entah karena terlalu nafsu atau kelepasan dia gigit putingku yang kanan dengan cukup keras, sampai aku menjerit.
“Aakkhh…Ran sakit, jangan keras-keras dong !”
Di seberang sana Nuri sudah dibuat orgasme entah yang keberapa
kalinya. Tak sampai lima menit berikutnya Samid pun mendesah panjang
mencapai klimaksnya, dia mencabut penisnya dari vagina Nuri dan
menumpahkan isinya diatas perut rata Nuri.
Merekapun roboh bersebelahan,
Nuri mengusap-ngusapkan sperma itu ke tubuhnya dan menjilati
sisi-sisanya di jari. Amran masih terus menyodokku dari depan, gairahku
makin memuncak saja, gairahsex.com vaginaku terasa makin panas akibat
gesekan dengan penisnya, suara erangan kami terlarut bersama dengan
dentuman musik rock dari komputer. Bosan dengan posisi ini, dia
memintaku ganti gaya.
Sekarang kami melakukannya dengan gaya berdiri,
aku berpegangan pada tepi meja sambil disodok dari belakang, dengan
posisi demikian tangannya lebih bebas menggerayangi payudaraku yang
bergantung, putingku dipencet dan dipilin-pilin terkadang agak kasar
sampai benda itu mencuat tegang.
“Ran…tambah cepet dong…mbak udah mau nih…!!” aku mengerang lirih saat kurasakan klimaks sudah diambang.
“Ooohhh…ahhh…saya juga….kok rasanya tambah…enak mbak” sahutnya dengan menambah goyangannya
“Keluarin di…dalam….jangan cabut burung lu…ahh” kataku dengan suara bergetar
Kamipun mencapai orgasme bersama, tubuhku menggelinjang hebat, aku
berteriak seolah mengiringi lagu di komputer, kepalaku terangkat dan
mataku merem-melek. Si Amran juga mendesah nikmat merasakan orgasme
pertamanya bersama seorang wanita. Spermanya menyembur banyak sekali di
dalam rahimku, cairan hangat dan kental itu juga membasahi daerah
selangkanganku serta sebagian meleleh turun ke pahaku.
Tubuhku lemas
bersimbah peluh dan jatuh terduduk di kursi terdekat. Kubentangkan
pahaku lebar-lebar agar bagian itu mendapat angin segar, soalnya rasanya
panas banget setelah begitu lama bergesekan. Liang kenikmatanku nampak
menganga dan sisa-sisa cairan persengamaan masih menetes sehingga
membasahi kursi di bawahnya.
“Saya mau lagi dong Mbak, abis barang Mbak legit banget sih, lagi yah
Mbak !” pintanya sambil menggenggam penisnya yang masih tegang itu di
dekat wajahku.
“Iyah, tapi nanti yah, Mbak istirahat sebentar” jawabku sambil mengelap keringat di wajahku dengan tisu.
Kulihat Samid bangkit dan mendekatiku, senjatanya sudah dalam posisi
siap tempur lagi setelah cukup istirahat. Dia belai rambutku dan meraih
tanganku untuk digenggamkan pada penisnya.
“Yuk, Cit…sambil kumpulin tenaga, kasih senjata gue amunisi dulu dong !” pintanya
Akupun memijati benda itu diselingi jilatan.
Melihat si Amran yang
bengong aku pun menarik tangannya menyuruh berdiri di sisi kananku. Maka
dihadapanku sekarang mengacunglah dua batang senjata yang saling
berhadapan dan masing-masing kugenggam dengan kedua tanganku. Kugerakkan
tangaku mengocok keduanya, mulutku juga turut melayani silih berganti.
Merasa cukup dengan pemanasan, Samid menyuruhku berhenti, dan
menyuruhku bangun dulu, lalu dia duduki kursi itu baru menyuruhku duduk
lagi di pangkuannya (sepertinya mau gaya berpangkuan deh). Dengan agak
kasar dia menyuruh Amran menyingkir
“Heh, sana lo….kali ini giliran gue tau, jangan ganggu lagi !”
“Eee…udah jangan galak ah, gitu-gitu juga dia kan yang bantu-bantu lu orang di sini” sahutku mengelus lengan Samid.
“Ran lu minta mbak yang itu aja buat ngajarin lu” lanjutku
“Nur mau ya ajarin dia bentar kan, masih pemula nih”
Sekarang Amran tidak segrogi saat pertama main denganku barusan, dia
menindih tubuh Nuri yang masih terbaring. Nuri mengajarinya teknik
berciuman, nampaknya Amran cepat dalam mempelajari teknik-teknik
bercinta yang kami ajarkan, sebentar saja dia sudah nampak beradu lidah
dengan panasnya bersama Nuri, tangannya juga kini lebih aktif
menjelajahi lekuk-lekuk tubuh Nuri memberi rangsangan.
Nuri yang
gairahnya sudah bangkit lagi merespon dengan tak kalah hebat. Dia
berguling ke samping sehingga dia kini di atas Amran, lidahnya tetap
bermain-main dengan lidah lawannya sementara tangan lembutnya meraih
penis pemuda tanggung itu serta mengocoknya, Amran mendesah-desah tak
karuan menghadapi keliaran Nuri. Nuri membimbing penis itu memasuki
vaginanya, dengan posisi berlutut dia turunkan tubuhnya hingga penis itu
melesak masuk ke dalamnya.
Kemudian mulailah dia menaik-turunkan
tubuhnya dengan gencar membuat pemuda tanggung itu kelabakan. Kedua
tangan Amran mencengkram kedua payudara Nuri dan meremasinya dengan
bernafsu.
Di tempat lain aku sedang asyik menggoyangkan tubuhku di pangkuan
Samid. Vaginaku dihujam penisnya yang sekeras batu itu. Otot-otot
kemaluanku serasa berkontraksi makin cepat memijati miliknya. Tangannya
yang mendekapku dari belakang terus saja menggerayangi payudaraku dengan
variasi remasan lembut dan kasar. Kutengokkan wajahku agar bisa
berciuman dengannya, lidah kami saling membelit dan beradu dengan
panasnya.
Beberapa menit kemudian mulutnya merambat ke telingaku,
dengusan nafasnya dan jilatannya membuatku merinding dan makin terbakar
birahi. Mulutnya terus mengembara ke tenguk, leher, dan pundakku
meninggalkan bekas liur maupun bercak merah. Tanpa terasa goyangan tubuh
kami semakin dahsyat sampai kursinya ikut bergoyang, kalau saja
bahannya jelek mungkin sudah patah tuh kursi. Posisi ini berlangsung 20
menit lamanya karena kami begitu terhanyut menikmatinya. Selama itu
terdengar dua SMS yang masuk ke ponselku namun tak kuhiraukan agar tak
merusak suasana.
Akhirnya akupun tak bisa menahan orgasmeku, tubuhku kembali
menggelinjang dahsyat, pandanganku serasa berkunang-kunang. Mengetahui
aku akan segera keluar, dia makin bergairah, tubuhku ditekan-tekan
sehingga penisnya menusuk lebih dalam, tangannya pun semakin kasar
meremasi payudaraku.
“Aaaahhkkkk….!” jeritku bersamaan dengan lagu mp3 yang hampir berakhir
Kugenggam erat lengan Samid dan menggigit bibir merasakan gelombang
dahsyat itu melanda tubuhku. Aku merasakan cairan cinta yang mengalir
hangat pada selangkanganku. Akupun akhirnya bersandar lemas dalam
dekapannya, penisnya tetap menancap di vaginaku, nafas kami
tersenggal-senggal dan keringatpun bercucuran dengan derasnya. Kemudian
dia angkat tubuhku hingga penisnya tercabut, tangan satunya menyelinap
ke lipatan pahaku. Diangkatnya tubuhku dengan kedua lengan, aku menjerit
kecil saat dia tiba-tiba menaikkanku ke lengannya karena kaget dan
takut jatuh.
Dibawanya aku ke ranjang lalu diturunkan di sana, nafasku
belum teratur sehingga nampak sekali dadaku turun naik seperti gunung
mau meletus. Tepat disebelah kami Amran sedang menindih tubuh telanjang
Nuri dengan gerak naik-turun yang cepat. Nuri hanya bisa menggelinjang
dan mendesah, rambut panjangnya sudah kusut tak karuan, matanya menatap
kosong pada kami.
“Lagi yah Ci, dikit lagi tanggung gue belum keluar nih” pinta Samid sambil merenggangkan kedua pahaku.
Aku hanya pasrah saja mengikuti apa maunya. Dengan lancar penisnya
yang sudah basah dan licin itu meluncur ke dalam vaginaku, aku mendesis
dan meremas sprei saat dia hentakkan pinggulnya hingga seluruh penisnya
masuk. Lagu dari komputer entah sudah berganti berapa kali, kali ini
yang mengalun adalah lagunya Aerosmith yang dipakai soundtrack film
‘Armageddon’nya Bruce Willis. Lagu ini mengiringi permainan kami dalam
babak ini. Perkasa juga si Samid ini, dia masih sanggup menggenjotku
dengan frekuensi tinggi sampai tubuhku terguncang hebat, padahal
sebelumnya dia sudah membuatku dan Nuri orgasme, kekuatannya jauh lebih
meningkat dibanding ketika pertama kali one night stand denganku setahun
lalu. Aku menggenggam tangan Nuri dan bertatapan wajah dengannya.
“Udah berapa kali Nur ?” tanyaku bergetar
“Nggak tau…udah aahh…keenakan…ga hitung…lagi” jawabnya dengan mata merem melek.
Aku makin tak terkontrol, kepalaku kugelengkan ke kiri-kanan,
sesekali aku menggigit jari saking nikmatnya kocokan Samid. Dia
mempermainkan birahiku dengan sengaja tidak menyentuh payudaraku
membiarkannya bergoyang-goyang seirama badanku, sehingga aku sendiri
yang berinisiatif meraih tangannya dan meletakkannya di payudaraku,
barulah dia mulai memencet-mencet putingku membuatku semakin terbakar.
Akhirnya akupun sudah tidak kuat lagi, perasaan itu kuekspresikan dengan
sebuah erangan panjang dan menarik sprei di bawahku hingga berantakan.
“Udah dulu dong, Mid…gue gimana bisa kuliah ntar !” pintaku dengan terengah-engah
Tubuhku basah seperti mandi saja, habis AC kamarnya lagi rusak sih,
sementara ini cuma ada kipas angin berukuran sedang, sedangkan iklim di
Jakarta tau sendiri kan seperti apa gerahnya. Paham dengan kondisiku,
dia biarkan aku beristirahat, dikecupnya bibirku dengan lembut disertai
sedikit kata-kata manis dan pujian, setelah itu dia beralih ke Nuri
untuk menuntaskan hajatnya yang tinggal sedikit lagi. Kuseka dahiku yang
bercucuran keringat lalu kulirikkan arlojiku, 20 menit lagi jam tiga,
harus segera siap-siap kembali ke kampus.
Nuri yang sedang dalam posisi dogie digarap dari dua arah oleh
mereka. Amran yang menyodoknya dari belakang akhirnya klimaks, dia
mengeluarkan penisnya dan menyiramkan isinya di punggung dan pantat
Nuri. Si Samid yang sedang menyetubuhi mulut Nuri juga tak lama kemudian
menyusul, dia mengerang sambil menahan kepala Nuri pada penisnya. Nuri
sendiri hanya bisa mengerang tertahan dan matanya merem melek menerima
semprotan sperma Samid, nampak cairan putih itu meleleh sedikit di
pinggir bibir mungilnya.
Samid ambruk di sisiku dengan memeluk Nuri yang
menyandarkan kepalanya ke dada bidangnya, si Amran terduduk lemas di
bawah ranjang (karena ranjang sudah penuh sesak). Setelah tubuhku cukup
stabil, pelan-pelan aku bangkit menuju kamar mandi dengan langkah
gontai. Disana aku mencuci muka, dan membersihkan ceceran sperma di
tubuhku dengan air. Nuri masuk ketika aku sedang duduk di toilet buang
air kecil.CerpenSex
“Huh…ngagetin aja lu Nur, rambut acak-acakan kaya kuntilanak gitu lagi !” ujarku
“Kuntilanak bajunya putih oi, ga bugil gini” jawabnya asal, lalu menyalakan kran wastafel.
Setelah selesai berbenah diri,
kami mengenakan kembali pakaian kami untuk kembali kuliah. Saat itu jam
sudah menunjukkan hampir pukul tiga, maka itu kami agak terburu-buru
sampai aku melupakan ponselku sehingga pulang kuliah aku harus balik
lagi ke sini untuk mengambilnya.
Kami berlari-lari kecil ke kampus, mana
ruang kuliahku di lantai tiga lagi, aku sampai ke kelas terlambat lima
menit, untung belum melebihi toleransi keterlambatan. Di kelas pun aku
tidak bisa fokus karena selain masih lelah, dosennya, Pak Iwan
ngomongnya juga slow motion, bikin ngantuk saja sehingga beberapa kali
aku menguap. Temanku di sebelah bahkan bertanya
“Baru bangun tidur lu Cit ? kok kusut gitu” karena make up ku memang agak luntur waktu cuci muka tadi “Iyah nih masih ngantuk tadi di kost temen belum cukup tidurnya” jawabku tersenyum dipaksa.
Lelah sekali hari itu sehingga
begitu sampai di rumah aku langsung tiduran dan bangun jam tujuh malam,
baru mandi untuk bersiap-siap menunggu jemputan Verna dan lainnya untuk
nge-dugem malam itu.
No comments:
Post a Comment