AGEN DOMINO.
Cerita Dewasa / Cerita Sex / Cerita ABG / Cerita Dewasa Hot / Cerita Dewasa SMA / Kumpulan Cerita Dewasa
Umurku 23 tahun sekarang masih berkuliah di universitas Bandung,
Pengalamanku ini terjadi 2 tahun yang lalau dan kali ini aku akan share
saat aku tinggal di Bandung, kejadian ini memang sudah lama tapi aku
masih ingat betul setiap kejadian, cewek dalam kisah ini bernama Fara
aku bisa kenal dia karena dia adalah cucu dari pemilik kost yang aku
singgahi.
Fara lebih tua 2 tahun dan dia anak Surabaya, sedang kuliah di
Bandung hanya beda kampus denganku. Yang aku tahu, kedua orangtuanya
sudah pisah ranjang selama dua tahun (tapi tidak bercerai) dan Fara ikut
tinggal bersama neneknya (ibu kostku) ketika ia masuk kuliah.
Mungkin terlalu panjang kalo kuceritakan bagaimana prosesnya hingga
kami berpacaran. Aku beruntung punya cewek seperti dia yang wajahnya
sangat cantik (pernah dia ditawarin untuk menjadi model), segala yang
diidamkan pria melekat pada dia.
Kulitnya yang putih, hidung bangir, matanya yang indah dan bening,
rambut ikal serta tubuhnya yang padat.. Aku juga nggak tahu kenapa ibu
kost menerimaku untuk nge-kost dirumahnya padahal yang kost di rumahnya
adalah cewek semua. Mungkin karena ngeliat tampangku seperti orang
baik-baik kali ya (hehehe)…
Pada awal kami berpacaran , Fara termasuk pelit untuk urusan
mesra-mesraan. Jangankan untuk berciuman, minta pegang tangannya saja
susahnya minta ampun! Padahal aku termasuk orang yang hypersex, dan aku
sering kali melakukan onani untuk melampiaskan nafsu seksku, hingga
sekarang.
Aku bisa melakukan onani sampai tiga kali sehari. Setiap kali fantasi
dan gairah seksku datang, pasti kulakukan kebiasaan jelekku itu. Entah
dikamar mandi menggunakan sabun, sambil nonton VCD porno dan seringnya
sambil tiduran telungkup di atas kasur sambil kugesek-gesekkan penisku.
Aku merasakan nikmat setiap orgasme onani. Back to story, sejak aku
dan Fara resmi jadian, baru dua minggu kemudian dia mau kucium pipinya.
Itu pun setelah melalui perdebatan yang panjang, akhirnya ia mau juga
kucium pipinya yang mulus itu, dan aku selalu ingin merasakan dan
mengecup lagi sejak saat itu.
Hingga pada suatu malam, ketika waktu menunjukkan pukul setengah
sepuluh, aku, Fara dan Desi (anak kost yang lain) masih asyik menonton
TV di ruang tengah. Sementara ibu kostku serta 3 anak kost yang lain
sudah pergi tidur.
Kami bertiga duduk diatas permadani yang terhampar di ruang tengah.
Desi duduk di depan sementara aku dan Fara duduk agak jauh
dibelakangnya. Lampu neon yang menyinari ruangan selalu kami matikan
kalau sedang menonton TV.
Biar tidak silau kena mata maksudnya. Atau mungkin juga demi
menghemat listrik. Yang jelas, cahaya dari TV agak begitu samar dan
remang-remang. Desi masih asyik menonton dan Fara yang disampingku saat
itu hanya mengenakan kaos ketat dan rok mini matanya masih konsen
menonton film tersebut.
Sesekali saat pandangan Desi tertuju pada TV, tanganku iseng-iseng
memeluk pinggang Fara. Entah Fara terlalu memperhatikan film hingga
tangannya tidak menepis saat tanganku memeluk tubuhnya yang padat.
Dia malah memegang rambutku, dan membiarkan kepalaku bersandar di
pundaknya. Terkadang kalo pas iklan, Fara pura-pura menepiskan tanganku
agar perbuatanku tidak dilihat Desi. Dan saat film diputar lagi,
kulingkarkan tanganku kembali.
“I love you, honey….” Bisikku di telinganya.
Fara menoleh ke arahku dan tanpa sepengetahuan Desi, ia mendaratkan
ciumannya ke pipiku. Oh my God, baru pertama kali aku dicium seorang
cewek, tanpa aku minta pula. Situasi seperti ini tiba-tiba membuat
pikiranku jadi ngeres apalagi saat Fara meremas tanganku yang saat itu
masih melingkar di pinggangnya, dan matanya yang sayu sekilas menoleh ke
arah Desi yang masih nongkrong di depan TV.
Aman, pikirku.Apalagi ditambah ruangan yang hanya mengandalkan dari
cahaya Tv, maka sesekali tanganku meremas payudara Fara. Fara
menggelinjang, sesekali menahan nafas. Lutut kanannya ditekuk, hingga
saat tangan kiriku masuk ke dalam daster bagian bawah yang agak terbuka
dari tadi, sama sekali tidak diketahui Desi. Mungkin ia konsen dengan
film, atau mungkin juga ia sudah ngantuk karena kulihat dari tadi
sesekali ia mengangguk seperti orang ketiduran.
Ciumanku kini sedikit menggelora, menelusuri leher Fara yang putih
mulus sementara tangan kiriku menggesek-gesekkan perlahan vagina Fara
yang masih terbungkus celana dalam. Ia mendesah dan mukanya mendongak ke
atas saat kurasakan celana dalamnya mulai basah dan hangat.
Mungkin ia merasakan kenikmatan, pikirku.Tanganku yang mulai basah
oleh cairan vagina Fara buru-buru kutarik dari dalam roknya, ketika
tiba-tiba Desi bangkit dan melihat ke arah kami berdua. Kami bersikap
seolah sedang konsen nonton juga.
“Aku ngantuk. Tidur duluan ya….. nih remote-nya!” ujar Desi sambil menyerahkan remote TV pada Fara.
Desi kemudian masuk ke kamarnya dan mengunci pintu dari dalam. Aku
yang tadi agak gugup, bersorak girang ketika Desi hanya pamitan mau
tidur. Aku pikir dia setidaknya mengetahui perbuatanku dengan Fara. Bisa
mati aku.
Fara yang sejak tadi diam (mungkin karena gugup juga) matanya kini
tertuju pada TV. Aku tahu dia juga pura-pura nonton, maka saat tubuhnya
kupeluk dan bibirnya kucium dia malah membalas ciumanku.
“Kita jangan disini Say, nanti ketahuan….” Bisiknya diantara ciuman yang menggelora.
Segera kubimbing tangan Fara bangkit, setelah mematikan TV dan
mengunci kamar Fara, kuajak dia ke kamar sebelah yang kosong. Disini
tempatnya aman karena setiap yang akan masuk ke kamar ini harus lewat
pintu belakang atau depan.
Jalan kami berjingkat supaya orang lain yang telah tertidur tidak
mendengar langkah-langkah kami atau ketika kami membuka dan menutup
kunci dan pintu kamar tengah dengan perlahan.
Setelah kukunci dari dalam dan kunyalakan lampu kamar kuhampiri Fara yang telah duduk di tepi ranjang.
“Aku cinta kamu, Fara…..” ujarku ketika aku telah duduk disampingnya.
Mata Fara menatapku lekat.. Sejenak kulumat bibirnya perlahan dan
Fara pun membalas membuat lidah kami saling beradu. Nafas kami kembali
makin memburu menahan rangsangan yang kian menggelora. Desahan bibirnya
yang tipis makin mengundang birahi dan nafsuku.
Kuturunkan ciumanku ke lehernya dan tangannya menarik rambutku.
Nafasnya mendesah. Aku tahu dia sudah terangsang, lalu kulepaskan
kaosnya. Payudaranya yang padat berisi ditutupi BH berwarna merah tua.
Betapa putih kulitnya, mulus tak ada cacat. Kemudian bibir kami pun
berciuman kembali sementara tanganku sibuk melepaskan tali pengikat BH,
dan sesaat kemudian kedua payudaranya yang telah mengeras itu kini tanpa
ditutupi kain sehelai pun.
Kuusap kedua putingnya, dan Fara pun tersenyum manja.
“Ayo Yan, lakukanlah….” Ujarnya.
Tak kusia-siakan kesempatan ini, dan mulai kujilati payudaranya
bergantian. Sementara tangan Fara membantu tanganku melepaskan kemeja
yang masih kukenakan. Kukecup putingnya hingga dadanya basah mengkilap.
Betapa beruntungnya aku bisa menikmati semua yang ada ditubuhnya.
Tangan kananku yang nakal mulai merambah turun masuk ke dalam roknya,
dan kugesek-gesekkan pelan di bibir vaginanya. Fara menggelinjang
menahan nikmat, sesekali tangannya juga ikut digesek-gesekkan kesekitar
vaginanya sendiri.
Bibirnya mendesah menahan kenikmatan. Matanya terpejam, Sebentar
kemudian vaginanya mulai sedit basah. Dan kami pun mulai melepaskan
celana kami masing-masing hingga tubuh kami benar-benar polos. Betapa
indahnya tubuh Fara, apalagi ketika kulihat vaginanya yang terselip
diantara kedua selangkangannya yang putih mulus.
“Wah.. punyamu oke Fara, Ok’s banget…” ujarku terpana.
Begitu mulus memang,ditambah dengan bulu-bulu lebat disekitar bagian sensitifnya.
“Burungmu juga besar dan bertenaga. Aku suka Yan….” Balasnya sambil
tangannya mencubit pelan kemaluanku yang sudah tegak dari tadi.
“Come on Honey….” Pintanya menggoda.
Aku tahu Fara sudah begitu terangsang maka kemudian kusuruh Fara
berbaring di atas kasur. Dan aku baringkan tubuhku terbalik, kepalaku
berada di kakinya dan sebaliknya(posisi 69). Kucium ujung kakinya pelan
dan kemudian ciumanku menuju hutan lebat yang ada diantara kedua
selangkangannya.
Kukecup pelan bibir vaginanya yang sudah basah, kujilat klitorisnya
sementara mulut Fara sibuk mengocok-ngocok kemaluanku. Bibir vaginanya
yang merah itu kulumat habis tak tersisa. Ehm, betapa nikmatnya punyamu
Fara, pikirku. Ciumanku terus menikmati klitoris Fara, hingga sekitar
vaginanya makin basah oleh cairan yang keluar dari vaginanya.
Kedua jari tanganku aku coba masukkan lubang vaginanya dan kurasakan
nafas Fara mendesah pelan ketika jariku kutekan keluar masuk. “Ahh… nikmat Yannn…ahhhh…” erangnya.
Kugesek-gesekkan kedua jariku diantara bibir klitorisnya dan Fara
makin menahan nikmat. Selang 5 menit kemudian kuhentikan gesekkan
tanganku, dan kulihat Fara sedikit kecewa ketika aku menghentikan
permainan jariku.
“Jangan sedih Say, aku masih punya permainan yang menarik, okay?”
“Oke. Sekarang aku yang mengatur permainan ya?” ujarnya.
Aku mengangguk.Jujur saja, aku lebih suka kalau cewek yang
agresif.Fara pun bangkit, dan sementara tubuhku masih terbaring di atas
kasur.
“Aku di atas, kamu dibawah, okay? Tapi kamu jangan nusuk dulu ya Say?”
Tanpa menunggu jawabanku tubuh Fara menindih tubuhku dan tangan
kanannnya membimbing penisku yang telah berdiri tegak sejak tadi dan
blessss…….ah,Fara merasa bahagia saat seluruh penisku menembus vaginanya
dan terus masuk dan masuk menuju lubang kenikmatan yang paling dalam.
Dia mengoyang-goyangkan pantatnya dan sesekali gerakannya memutar,
bergerak mundur maju membuat penisku yang tertanam bergerak bebas
menikmati ruang dalam “gua”-nya.
Fara mendesah setiap kali pantatnya turun naik, merasakan peraduan
dua senjata yang telah terbenam di dalam surga.Tanganku meremas kedua
payudara Fara yang tadi terus menggelayut manja. Rambutnya dibiarkan
tergerai diterpa angin dingin yang terselip diantara kehangatan malam
yang kami rasakan saat ini.
Kubiarkan Fara terus menikmati permainan ini. Saat dia asyik dengan
permainannya kulingkarkan tanganku dipinggangnya dan kuangkat badanku
yang terbaring sejak tadi kemudian lidah kami pun beradu kembali. “Andainya kita terus bersama seperti ini, betapa bahagianya hidupku ini Fara ” bisikku pelan.
“Aku juga, dan ku berharap kita selalu bersama selamanya..”
Sepuluh menit berlalu, kulihat gesekan pinggang Fara mulai lemah. Aku
tahu kalau dia mulai kecapekan dan aku yang mengambil inisiatif
serangan. Kutekan naik turun pinggangku, sementara Fara tetap bertahan
diam. Dan suara cep-clep-clep… setiap kali penisku keluar masuk
vaginanya.
“Ahh terusss Yannnnn….terusss…nikmattttt…ahh…ahhhh….” hanya kalimat
itu yang keluar dari mulut Fara, dan aku pun makin menggencarkan
seranganku.
Ingin kulibas habis semua yang ada dalam vaginanya. Suara ranjang
berderit, menambah hot permainan yang sedang kami lakukan. Kutarik tubuh
Fara tanpa melepaskan penisku yang sedang berlabuh dalam vaginanya dan
kusuruh dia berdiri agar kami melakukan gerakan sex sambil berdiri.
“Kamu punya banyak style ya say?” katanya menggoda.
“Iya dong, demi kepuasan kamu juga” jawabku sambil mulai menggesek-gesekan pebisku kembali.
“Ahh teruss…terusss……” desah Fara ketika penisku berulang kali menerobos vaginanya.
Kupeluk tubuh Fara erat sementara jari tangan kirinya membelai lembut
bulu-bulu vaginanya, dan sesekali membantu penisku masuk kembali setiap
kali terlepas. Keringat membasahi tubuh kami. Lehernya yang mulus
kucium pelan, sementara nafas kami mulai berdegup kencang.
“Yan, keteteran nih, mau klimaks. Jangan curang dong….”
“Oke, tahan dulu Fara” dan kucabut batang penisku yang telah basah sejak tadi.
Kusuruh Fara nungging di ranjang, sementara tanganku mengarahkan
penisku yang telah siap masuk kembali. Dan kumasukkan sedikit demi
sedikit hingga penisku ambles semua ke dalam surga yang nikmat.
“Ah…tekan Yan…enaaaakkkkk…terusssss Yannn….” Erangnya manja setiap kali penisku menari-nari di dalam vaginanya.
Tanganku memegang pinggangnya agar gerakanku teratur dan penisku tidak terlepas,.
“Ohh…nikmat sekali Yan….teruss….terusss……” desahnya.
Betapa nikmatnya saat-saat seperti ini…dan terus kuulang sementara
mulut kami mendesah merasakan kenikmatan yang teramat sangat setiap kali
penisku mempermaikan vaginanya.
“Yan….aku mo keluar nih…..udah ngga tahan….ahhh….ahhhh….” ujar Fara tiba-tiba.
“Tahan Cin, aku juga hampir sampai….” aku menekan-nekan penisku kian cepat,sehingga suara ranjang ikut berderit cepat.
Dan kurasakan otot-otot penisku mengejang keras dan cairan spermaku berkumpul dalam satu titik.
“Aku keluar sekarang Cin….” penisku kucabut dari lubang vaginanya dan
Farapun seketika membalikkan badan dan menjulurkan lidahnya,
mengocok-ngocok batang penisku yang kemerahan dan saat kurasakan aku tak
mampu menahan lagi kutaruh penisku diantara kedua belah payudaranya dan
kedua tangan Fara pun menggesek-gesekkan payudaranya yang menjepit
batang kemaluanku dan….croott…crooottt… spermaku jatuh disekitar dada
dan lehernya Sebagian tumpah diatas sprei. Fara menjilati penisku
membersihkan sisa-sisa spermaku yang masih ada.
“Kamu ternyata kuat juga Say, aku hampir tak berdaya dihadapanmu” kubelai rambut Fara yang sudak acak-acakan tak karuan.
“Aku juga ngga nyangka kamu sehebat ini Yan….”desahnya manja .
Waktu sudah menunjukkan setengah satu malam Dan setelah kami
istirahat sekitar lima belas menit, kami memakai pakaian kami kembali
dan membereskan tempat tidur yang sudah berantakan. Dan tak lama
kemudian kami pun pergi tidur dikamar masing-masing melepaskan rasa
lelah setelah kami ‘bermain” tadi.
Begitulah kisahku dengan Fara, setiap hari kami selalu melakukannya
setiap kali kami ingin dan ada kesempatan. Kami melakukannya di kamar
sebelah kalau malam hari, kamar kostku, atau bahkan dikamar mandi (sambi
mandi bareng disaat rumah kost kosong hanya ada kami berdua).
No comments:
Post a Comment