AGEN DOMINO.
Cerita Dewasa / Cerita Sex / Cerita ABG / Cerita Dewasa Hot / Cerita Dewasa SMA / Kumpulan Cerita Dewasa
Waktu itu aku masih di kelas SMA, disaat usiaku itu aku sudah bersama
dengan ibu tiriku, dulunya ayahku memiliki bisnis yang diurus oleh ayah
dan istrinya, tapi setelah sepeningggalan ayahku bisnisnya mulai turun,
umur ku yang masih belum bisa apa apa aku belum bisa membantu ibu
tiriku, dan tiba lah muncul ide dari ibu tiriku untuk pergi ke daerah
jawa tengah.
Dimana konon katanya disana ada sebuah kuburan yang memiliki
kekuatan, dan apabila diyakini akan mengabulkan segala keinginan kita
dengan syarat bersedia melaksanakan semedi serta segala persyaratan
lainnya.
Tibalah aku dan ibu tiriku di daerah tersebut, terbayang rasa ngeri
seperti yang biasa kulihat di tayangan-tayangan televisi dan film-film
horror. Namun ibu tiriku memberi tahuku agar bersikap tenang, dan selalu
ingat tujuan kami kesana, memang untuk merubah nasib.
Sesampainya disana kami disambut oleh seorang laki-laki yang bertubuh
agak tinggi besar, yang dikenal sebagai penunggu gunung tersebut.
“Tentu orang sakti nih”pikirku dalam hati.
Aku dan ibu tiriku diarahkan menuju sebuah rumah kecil menyerupai
gubuk ditengah hutan, saat itu hari sudah senja, sehingga suasana mulai
sepi dan hanya ada pelita kecil untuk penerangan di rumah itu.
Kami pun istirahat di gubuk itu sambil menunggu Mang Udin si penunggu kuburan yang memandu kami tadi.
Tak seberapa lama Mang Udin pun datang, lalu dia menjelaskan syarat
yang harus kami penuhi, memang dari pengalaman yang sudah-sudah banyak
yang sukses sepulang semedi di sini asalkan bersedia memenuhi segala
persyaratan yang dikehendaki oleh kekuatan gaib disitu dengan sepenuh
hati.
Tampak ibu tiriku berbincang-bincang dengan Mang Udin dalam bahasa
daerah, intinya kami harus berada di gubuk itu selama lima hari sambil
melaksanakan semedi di kuburan yang ada di puncak gunung itu.
Menjelang jam dua belas aku dan ibu tiriku bersiap-siap menuju ke
kuburan keramat itu dengan membawa sesajen dan sebuah tikar, aku sedikit
heran saat itu ibuku mengenakan kain batik putih garis-garis hitam dan
baju kebaya, seperti mau ke undangan saja pikirku dalam hati.
Kamipun berangkat menyusuri kegelapan dengan diterangi sebuah lentera
kecil. Sesampainya di kuburan, Mang Udin langsung memimpin ritual
khusus di atas kuburan keramat itu. Setelah berlangsung sekitar empat
puluh lima menit, Mang Udin menggelar tikar yang dibawanya, lalu
mendekat ke arah kami sambil mengatakan bahwa syarat terakhir sudah bisa
dilaksanakan, yaitu aku harus menyetubuhi ibu tiriku diatas tikar itu.
Ya ampun kenapa harus seperti itu sih, mana mungkin bisa begitu, pikirku
dalam hati. Aku saling menatap dengan ibu tiriku.
“Ya sudahlah….kalau memang itu syaratnya..!” kata ibu tiriku dengan
nada pasrah. Mendadak tatapanku jadi kabur sesaat, dan agak limbung
rasanya.
Kulihat ibu tiriku seperti bukan sosok yang biasanya, aku tidak
mengerti kenapa pikiranku jadi berubah seperti itu, saat itu ibu tiriku
seperti sosok perempuan yang menggairahkan birahiku. Dalam keadaan
seperti setengah sadar ibu tiriku, membisikkan sesuatu padaku.
“Kamu nggak usah takut, ikuti saja yang ibu lakukan” ungkapnya dengan nada pelan sambil membaringkan tubuhku di atas tikar itu.
Lalu dia lucuti semua celana dan bajuku, aku diam seperti terkesima,
saat ibu tiriku mulai mengusap-usap kontolku, aku mulai merasakan
rangsangannya, perlahan-lahan kontolku mulai dikocoknya, akhirnya
kontolku ngaceng juga di tangan ibu tiriku. diapun hanya tersenyum
melihat kontolku yang dalam sekejap sudah tegang dan keras.
Sungguh tidak pernah kubayangkan sebelumnya, aku diperlakukan seperti itu oleh ibu tiriku.
“Punyamu lumayan gede juga ya….”sambil terus menggenggam batang kontolku sambil sesekali mengocoknya.
“Punyamu lumayan gede juga ya….”sambil terus menggenggam batang kontolku sambil sesekali mengocoknya.
Gila ternyata nikmat sekali rasanya, tangan ibu tiriku, ingin sekali
rasanya meremas-remas seluruh lekuk tubuhnya, tapi mana mungkin pikirku.
Dia pun mulai memasukan seluruh batang kontolku ke dalam mulutnya, sampai mentok. “Aaakh…buuu…saya geli….!!” jawabku spontan.
“Iya…ibu tahu…baru kali ini kamu merasakannya..!” ungkap ibu tiriku,
yang terus menjilati batang kontolku berulang-ulang, sambil diselingi
dengan kocokan, sampai-sampai aku kelojotan menahan rasa geli bercampur
nikmat.
Tanpa kusadari ternyata kejadian itu tak luput dari pemantauan Mang
Udin, kira-kira dari jarak du meter Mang Udin memperhatikan gerakan ibu
tiriku yang tengah mengulum batang kontolku, lalu di memberi kode kepada
ibu tiriku agar segera memulai persetubuhannya denganku.
Ibu tiriku perlahan melepas kancing baju kebayanya dan melepas bra
yang membungkus payudaranya. Woow bulat, mulus dan masih kencang,
mungkin karena ibu tiriku cukup lama menjanda, sehingga payudaranya
tidak pernah tersentuh tangan laki-laki makanya terlihat masih utuh dan
montok sekali.
Aku semakin bergairah, dan sangat terangsang ketika ibu tiriku mulai
melonggarkan lilitan kain batik putih yang dipakainya, dan melilitkannya
kembali secara asal-asalan di pinggangnya, anggap saja memberi
keleluasaan agar dapat menyingkapkannya dengan mudah. Ternyata benar
dugaanku, ibu tiriku langsung terlentang dengan posisi kedua pahanya
yang sudah mengangkang.
“Ayo naik kesini…!”ungkapnya, sambil mengarahkan tangannya agar aku segera menuju ke tengah-tengah selangkangannya itu.
“Gimana bu…saya nggak ngerti..?”ungkapku bingung.
“Ya uda sini…ibu yang masukin anumu ke punya ibu..!” ungkapnya dengan manja.
“Blepp…plepp..cluppp..” dalam sekejap saja batang kontolku terbenam
seluruhnya ke dalam memek ibu tiriku yang masih sempit dan empuk itu.
“Aaaakhh…..aaahh….ssshh…ooouh… ibuuu…!”aku mendesis merasakan nikmat dan hangatnya lobang memek ibu tiriku.
AGEN DOMINO
“Nggak apa-apa kan…..?”ungkap ibu tiriku sambil mengusap-usap punggungku.
“Ya uda jangan ragu-ragu….terus teken yang dalam..!”kata ibu tiriku mengajari aku.
Akupun mulai menggenjot kontolku keluar masuk lobang memek ibu
tiriku, lama-lama aku jadi terbiasa dan bisa menikmatinya. Luar biasa
sekali nikmatnya pikirku. Saat itu tak terpikir lagi kalau yang sedang
kusetubuhi itu adalah ibu tiriku, yang pernah juga ditiduri oleh ayahku.
Sebelumnya tidak pernah terlintas dipikiranku untuk bersetubuh dengan
ibu tiriku, walaupun beberapa tahun silam sering kulihat ayahku saat
lagi mencumbu ibu tiriku ini. Setelah kami tinggal di rumah berdua pun
tidak pernah terlintas pikiran kotorku terhadap ibu tiriku, sekalipun
dalam kesehariannya di rumah, ibu tiriku selalu berpakaian seksi,
seperti mengenakan daster yang sangat pendek, bahkan tidak jarang ibu
tiriku tidur bersamaku dengan dasternya yang tersingkap kemana-mana
sehingga dari paha sampai pantatnya terlihat jelas tanpa sehelai
benangpun menutupinya, namun hal tersebut tidak pernah mengganggu
pikiranku, apalagi sampai membuatku ingin menyetubuhinya.
Tapi kali ini aku benar-benar terangsang sekali, bahkan aku tengah
menyetubuhinya dengan penuh nafsu. Mang Karim pun ikut terbelalak
matanya sambil berkali-kali terlihat menelan ludahnya, saat ibu tiriku
berganti posisi menungging sambil menyingkapkan kain batik yang menutupi
bagian pantatnya, sehingga terlihat jelas dua bulatan pantatnya yang
menonjol, padat, putih, mulus. Akupun tidak menyia-nyiakan kesempatan
itu, segera kuelus-elus batang kontolku lalu kembali kuarahkan ke lobang
memek ibu tiriku dari belakang.
“Aaah…ssshhh…ooohh…ibuuu…nikma t sekaliii..buu..!” ungkapku sambil
terus meremas-remas bulatan pantat ibu tiriku yang tengah menungging
kearahku. Ibu tiriku memaju mundurkan pantatnya sehingga terlihat
kontolku seperti sedang diasah dalam memek ibu tiriku.
Aku heran juga melihat Mang Karim yang kelihatan gelisah sambil
mengelus-elus kontolnya sendiri, rupanya di terangsang melihat adeganku
tadi. Dia pun mendekatkan posisinya ke sebelahku, nampaknya dia
penasaran ingin melihat dari dekat adeganku dan mulusnya pantat ibu
tiriku yang lagi ku remas-remas dan kugenjot dengan kontolku itu.
Tiba-tiba saja Mang Karim pun menurunkan celana kolornya, lalu dia
keluarkan kontolnya yang sudah tegang mengacung ke atas, sorot matanya
terus tertuju ke pantat ibu tiriku yang lagi ku genjot itu.
”Saya nggak tahan juga Mas….!”katanya kepadaku, sambil mengocok kontolnya yang sudah ngaceng.
Kulihat ibu tiriku yang lagi nungging menoleh kebelakang sambil
tersenyum geli melihat tingkah Mang Karim yang ikut-ikutan terangsang
oleh tubuh montoknya.
Kukembalikan segera konsentrasiku pada tubuh ibu tiriku yang sedang
kutunggangi dengan penuh nafsu itu. Genjotanku semakin kupercepat, aku
tidak tahan seakan batang kontolku lagi diremas-remas oleh dinding memek
ibu tiriku, seperti dipijit-pijit, rasa geli bercampur nikmat, apalagi
saat ibu tiriku memainkan lobang memeknya menjepit batang kontolku saat
kubenamkan seluruhnya ke dalam.
“Aaaah….oouuw…iii..buuu…saa..y a…nggak tahaan…buuu…!”aku mengerang dengan penuh nikmat.
“Iyaaa….ayo terusin..sayang…sampai keluar ya…!” ungkap ibu tiriku terbata-bata karena hentakanku pada pantatnya.
Aku mulai merasakan dorongan yang kuat yang hendak meletus, air
maniku seakan sudah di ujung kontolku, yang akan segera memuntahkannya
ke dalam lobang memek ibu tiriku.
Tiba-tiba tubuhku terasa gemetar, darahku berdesir dengan cepat
diseluruh tubuhku, seakan menahan puncak birahi yang luar biasa
nikmatnya, seiring dorongan air maniku yang akan ku*kan keluar dari
batang kontolku.
“Aaaahh….ooouuhh…ibuuu…crott…c rottt..crottt…
oouuuww..!!” akhirnya air maniku muncrat, menyemprot keseluruh
dinding lobang memek ibu tiriku, sungguh betapa nikmatnya menyetubuhi
ibu tiriku. Tidak pernah terbayang olehku sebelumnya, kalau tubuh ibu
tiriku yang sehari-hari didepan mataku, ternyata bisa memberikan
kenikmatan yang luar biasa terhadapku.
Aku terkulai lemas diatas tikar, sementara ibu tiriku yang masih
dalam posisi nungging, terlihat membersihkan sisa air maniku yang
berceceran di atas memeknya dengan menggunakan kain batiknya, dia pun
tersenyum puas atas kebolehanku tadi, sambil mengusap-usapkan kain batik
tadi ke batang kontolku yang mulai kembali ke ukuran semula.
Tinggallah Mang Udin saat itu yang terus mengocok kontolnya sendiri.
Melihat hal itu ibu tiriku segera bangun dan duduk di atas tikar, lalu
diraihnya batang ****** Mang Udin yang sedang tegang-tegangnya itu. Aku
jadi tambah bingung, kok ibu tiriku mau megangin ****** Mang Udin,
mungkin sekalian kotor barangkali, atau sebagai bonus saja buat dia yang
sudah memandu kami, pikirku dalam hati.
“Aduh bu….enak tenan…bu..!” Mang Udin berguman sendiri. Karena sudah
tidak tahan sejak tadi melihat kemolekan dan kemulusan tubuh ibu tiriku,
Mang Udin bagaikan ketiban durian runtuh, seumur-umur baginya tidak
pernah melihat tubuh semulus itu.
Dia pun mengerang sekuatnya berusaha menahan air maninya agar tidak
segera keluar, dia ingin lebih lama kontolnya dikocok oleh ibu tiriku,
maklumlah bagi dia kesempatan seperti ini belum tentu dia dapatkan
sepuluh tahun sekali.
Namun apa daya air mani Mang Udin tak bisa dibendung lagi, ibu tiriku
memang sangat paham sekali bagaimana cara memuncratkannya dengan cepat,
melalui sedikit sentuhan-sentuhan rahasia di bagian tertentu pada
batang ****** Mang Udin, akhirnya air mani Mang Udin tumpah ruah di kain
batik putih yang dipakai ibu tiriku, bahkan saking bernafsunya air mani
Mang Udin sebagian menyemprot di payudara ibu tiriku, air mani Mang
Udin terlihat kental sekali, mungkin karena sudah sepeluh tahun dia
menduda.
Tidak lama kami pun bergegas kembali ke gubuk untuk istirahat,
sementara Mang Karim malam itu dengan setia menunggui kami sampai
tertidur di emper gubuk. Sementara aku berada satu kamar bersama ibu
tiriku dalam gubuk itu, tentu atas permintaan dari ibu tiriku sendiri
agar aku menemaninya. Malam ibu tiriku bertanya padaku bagaimana
perasaanku, sambil menghiburku agar tidak kaget atas kejadian di kuburan
keramat itu.
“Saya takut bu….sa..ya…bi…ngung…” sambil terbata-bata.
“Iya ibu tahu…ibu ngerti…tapi kamu hebat…” ibu tiriku memotong pembicaraanku.
“Maksud ibu hebat gimana…?” ungkapku dengan penuh rasa heran.
“Itu lho…. ibu baru lihat…ternyata punyamu besar sekali..” ungkap ibu
tiriku sambil berbisik kepadaku. Aku diam saja mendengar pernyataan
itu.
“Ibu jadi tertarik aja melihatnya tadi….sampe sekarang terbayang terus…!”kenangnya.
“Iya bu, saya juga baru tadi aja melihat tubuh ibu dengan jelas…!” ungkapku dengan malu-malu.
“Kamu suka nggak…seperti tadi dengan ibu…?” ungkap ibu tiriku sambil berbaring menghadap ke arahku.
“Hhmm…iya..iya..bu..saya suka.., enak bu..saya baru merasakan begitu.!”
“Kalau kamu mau, ibu tidak keberatan kamu setubuhi ibu seperti tadi
kapan aja kamu mau, asal jangan ada orang lain yang tahu..ya…!”
tegasnya, sambil kembali meraih kontolku yang sudah mengecil, lalu di
usap-usapnya dengan lembut.
“Kamu suka nggak ibu ginikan…?” ungkapnya dengan nada yang genit, sambil sesekali batang kontolku dikocoknya.
“I..ya..bu…ssshhh.. ge..li..buu..!” ungkapku terbata-bata.
Ibu tiriku pun semakin jadi memainkan kontolku, dikulumnya dalam-dalam, lalu dijilat-jilat ujungnya dengan gemas.
“Aaahh…oouww…ibuuu…” aku mulai merintih menahan geli bercampur
nikmat. Dalam sekejap kontolku sudah mengacung tegang keatas, melihat
hal itu ibu tiriku semakin bergairah melumat habis batang kontolku mulai
dari bijinya sampai ke ujung, terus berulang-ulang.
“Kamu juga boleh pegang-pegang memek ibu…!” ungkapnya sambil menarik tanganku dan menempelkannya di atas lobang memeknya persis.
Rupanya ibu tiriku sudah sejak tadi terangsang sewaktu melihat
kontolku mulai ngaceng, terlihat dari memeknya sudah terasa basah.
Tanganku yang satu lagi meraba payudara ibu tiriku yang begitu
menggemaskan. Kain batik putih yang dipakainya pun sudah terlihat
acak-acakan karena rabaan dan remasanku yang mulai berani ke seluruh
bagian tubuhnya yang sangat menggairahkan itu.
“Ayo masukin…..ibu udah nggak tahan nih…!” ungkapnya dengan nakal.
Tanpa pikir panjang lagi langsung kubenamkan seluruh batang kontolku ke lobang memek ibu tiriku itu.
“Aaaah….oohhh…oooh…!!” aku mulai merancu tidak karuan saking luar
biasa nikmatnya. Aku langsung menggenjot batang kontolku keluar masuk di
dalam lobang memek ibu tiriku itu.
Ibu tiriku terlihat begitu seksi sekali dalam keadaan setengah bugil
seperti itu. Kain batiknya melorot ketarik oleh genjotanku. Tak lama
kubalikan tubuh ibu tiriku agar posisinya membelakangiku. Woow pantatnya
yang montok dan gempal terlihat menungging persis di depan kontolku
yang sudah sangat tegang, langsung saja kusodokkan ke lubang syurga ibu
tiriku.
“Aaw…aaw….ouww…nikmat sekaliii…!!” ibu tiriku merintih sambil menahan
hentakan batang kontolku yang makin dalam. Tiba-tiba pantat ibu tiriku
mulai terlihat gemetar seakan sudah mendekati orgasme.
“Aaaaw….ibu mau keluaaar….creekk crerkk creek” air mani ibu tiriku
muncrat sewaktu kontolku menusuk-nusuk memeknya yang empuk dan padat
itu.
Aku terus menggenjotnya, gerakanku semakin cepat, batang kontolku pun
terlihat semakin gencar menghunjam lobang memek ibu tiriku. Ibu tiriku
memang pandai, dia putar-putar pantatnya bergoyang berlawanan dengan
genjotanku, sampai akhirnya aku merasa seperti di pilin-pilin nggak
karuan.
….crottt..crottt…c rottt.. uuhh..!!” air maniku tiba-tiba saja
muncrat tak tertahankan dalam lobang memek ibu tiriku. Gila aku
benar-benar nggak kuat lagi menahannya, memang luar biasa permainan ibu
tiriku, tidak kuduga sampai seperti ini kenikmatan yang tersimpan dalam
tubuh montoknya, ungkapku dalam hati.
Puas sekali rasanya, akupun kembali terkulai lemas disebelah tubuh
ibu tiriku, begitu gencarnya permainan tadi, tanpa kusadari kain batik
panjang ibu tiriku telah melilit ketat dari kaki sampai kepinggangku,
mengikatku jadi satu dengan tubuh ibu tiriku, kami pun terbalut rapat
sehingga sulit bergerak, karena dinginnya udara malam di tengah hutan
saat itu, akhirnya aku dan ibu tiriku membiarkan tubuh kami dalam
keadaan berpelukan seperti itu sampai pagi harinya.
No comments:
Post a Comment