“Eee… mas Tommy, tumben muncul siang-siang begini…?”Melda sekretaris Tasya menyambutku…
“Sepi amat..? udah pada istirahat..?”sahutku sambil melangkah masuk kantor yang tampak sepi. “Mmm… Tasya ke customer sama pak Darmo, Liliek dan Tarjo nganterin
barang dan katanya Tasya sekalian meeting dengan customer… sukri lagi
Melda suruh beli makan siang, tunggu aja mas diruangan Tasya..”celoteh
Melda yang berjalan di depanku memperlihatkan pantatnya yang montok
bergoyang seirama dengan langkah kakinya… Aku masuk ke ruangan Tasya,
kujatuhkan pantatku ke kursi direktur yang empuk.
Dalam hati aku mengutuk habis-habisan, atas kesialanku hari ini malah
sampe disini, ketemu ama Melda. oh ya Melda sebenarnya adalah sahabat
Tasya waktu kuliah, janda beranak 2 ini diajak kerja istriku setelah
setahun menjanda orangnya cantik, ramah cuma sebagai lelaki aku kurang
menyukai karakternya terutama dandanannya yang selalu tampak menor,
dengan tubuhnya yang montok tetenya gede sebanding dengan pantatnya yg
juga gede, pokoknya bukan type wanita yg kusukai dan menurutku kulitnya
terlalu putih jadi tampak kaya orang sakit-sakitan walaupun kata Tasya,
Melda orangnya sangat cekatan dan sangat doyan kerja alias rajin Kubuka
laptopku dan kunyalakan.
kucari-cari file yang kira-kira bisa menemaniku disini daripada aku hrs
ngobrol sama Melda, yang menurutku bukan temen ngobrol yang asyik wow di
kantong tas laptopku terselip sebuah DVD wiih DVD bokep punya Rubi
ketinggalan disini lumayan juga buat ngabisin waktuku nungguin Tasya.
Mmmm Asia Carera lumayan bikin ngaceng juga setelah kira-kira setengah
jam melihat aksi seks Asia Carera melawan aksi kasar Rocco Sifredi.
“Ooo.. ooo.. mas Tommy nonton apa tuuuh… sorry mas Tommy mau minum
apa..? panas, dingin… hi..hi.. pasti sekarang lagi panas dingin
kan..?”suara Melda bagaikan suara petir disiang bolong… dengan nada
menggodaku.
“Mas Tommy boleh dong Melda ikutan nonton… mumpung lagi istirahat…
kayanya tadi ada Rocco sifredi yak..?”kata Melda sambil cengar cengir
bandel.
“ha… kamu tau Rocco Sifredi juga..?”tanyaku spontan… agak kaget
juga, ternyata wanita yang tiba-tiba kini jadi tampak menggairahkan
sekali di mataku, tau nama bintang film top bokep Rocco Sifredi.
“Woo bintang kesayangan Melda tuuuh..”sahut Melda yang berdiri di belakang kursiku.
“Kamu sering nonton bokep..?”tanyaku agak heran sebab Melda setelah
menjanda tinggal dg orang tuanya dan rumahnya setahuku ditinggali
banyak orang.
Sementara keadaanku tak jauh beda, celanaku terasa menyempit
desakan batang kemaluanku di selangkangan yang mengeras sejak setengah
jam yang lalu, mulai menyiksaku dalam kondisi seperti ini biasanya, aku
melakukan onani di tempat Tapi kali ini masak onani di depan Melda..?
ampuuuunn siaal lagiii..!
“Mel. kamu suka Rocco Sifredi..? memang suka apanya..?”tanyaku
memulai komunikasi dengan Melda yang desah napasnya makin memburu tak
beraturan dan sesekali kudengar remasan tangannya seolah gemas pada busa
sandaran kursi yang kududuki.
“Mmm… hhh.. apanya yak..? iih… mas Tommy nanyanya… sok ga
tau..”sahut Melda sambil mencubit pundakku… entah siapa yang menuntun
tanganku untuk menangkap tangan Melda yang sedang mencubit… mmm… Melda
membiarkan tanganku menangkap tangannya.
“Kamu ga cape, berdiri terus… duduk sini deh..?”kataku sambil tetap
menggenggam tangan Melda, kugeser pantatku memberi tempat untuknya,
tapi ternyata kursi itu terlalu kecil untuk duduk berdua, apalagi untuk
ukuran pantat Melda yang memang gede.
“Iiih Gila… Melda sudah lama enggak nonton yang begini..”kata Melda
mendesah pelan seolah bicara sendiri.. menggambarkan kegelisahan dan
kegalauan jiwanya.
“kalo ngerasain..?”tanyaku menyahut desahannya tadi.
“Apalagi…”jawabnya pendek serta lirih sambil matanya menatapku dengan tatapan jalang.
Yang bisa kuartikan sebagai tantangan, undangan atau sebuah
kepasrahan, ku usap lembut tangannya dan diikuti tubuh montoknya… kini
pantat montok Melda mendarat empuk di pangkuanku sedangkan tanganku
melingkar di pinggangnya yang ternyata cukup ramping tak berlemak… Iblis
dan setan neraka bersorak sorai mengiringi pertemuan bibir kami yang
kemudian saling mengulum dan tak lama lidah kami saling belit di rongga
mulut… mmm… tangan Melda melingkar erat di leherku dengan gemetaran
kulayani serangan panas janda cantik berumur 31 tahun ini seolah ingin
memuaskan dahaga dan rindu dendamnya lewat aksi ciuman panasnya.
“Ooohh… mas Tommy suudaah mas… hhh.. hhh… jangan mas, Melda ga mau
menyakiti Tasya…hh… ooohh..”kalimat diantara desah nafas birahi ini tak
kuhiraukan dan rontaan kerasnya tak berarti banyak buatku… tanganku yang
melingkar di pinggangnya tak mudah utk dilepaskannya.
“Ada apa dengan Tasya..? ga akan ada yang merasa disakiti atau
menyakiti selama ini jadi rahasia… ayo waktu kita tak banyak… nikmatilah
apa yang kamu ingin nikmati…”bisikku lembut di sela-sela aksi bibir dan
lidahku di leher jenjang berkulit bersih milik janda cantik bertubuh
montok ini.
“Ampuuun mas, oooww… Melda ga tahaaan… hh..hh… ssshhh…”rengek Melda
memelas yang tak mampu membendung gelegak birahi yang mendobrak hebat
pertahanannya.
Buah dada montok yang sedang meregang nafsu birahi itu tampak
mengeras, memperlihatkan lembah yang dalam di tengahnya… tampak bergerak
turun naik seirama dengan nafas birahinya yang mendengus-dengus tak
beraturan… iihh menggemaskan sekali.. woow.. bukan main..! begitu tabir
berbahan kaos warna orange itu kupelorotkan ke bawah.. muncullah
keindahan yang menakjubkan dari sepasang bukit payudara yang asli montok
dan sangat mengkal, hanya tertutup bra mini tanpa tali, sewarna dengan
kulit mulusnya.
“Oooohh.. maaasss..?”desahnya lirih ketika tabir terakhir penutup
payudaranya meninggalkan tempatnya dan secara refleks Melda menyilangkan
kedua tangannya di depan dadanya, tapi dimataku, adegan itu sangat
sensual.. apalagi dengan ekspresi wajahnya yang cantik sebagian tertutup
rambutnya yang agak acak-acakan… matanya yang bereye shadow gelap
menatapku dengan makna yang sulit ditebak.
“Mas.. janggaaan teruskan…
Melda takuut Tasya datang…hhh… hhh… “bisiknya dengan suara tanpa
ekspresi… tapi aku sdh tak mampu mempertimbangkan segala resiko yg
kemungkinan muncul… lembah payudara Melda yang dalam itulah yang kini
menggodaku… maka kubenamkan wajahku ke dalamnya… lidahku terjulur
melecuti permukaan kulit halus beraroma parfum mahal… kontan tubuh
bahenol di pangkuanku itu menggelepar liar, spt ikan kehabisan air,
ditambah amukan janggut dan kumisku yang sdh 2 hari tak tersentuh pisau
cukur.
“Ampuuuunnn maaass…. iiiihhh… gellliii aaahh… mmm…ssssshhh..
ooohh…”rengek dan rintihannya mengiringi geliat tubuh indah itu… wooow
jemari lentiknya mulai mencari-cari…. dan menemukannya di
selangkanganku… bonggolan besar yang menggembungkan celanaku
diremas-remas dengan gemas… sementara aku sedang mengulum dan memainkan
lidahku di puting susunya yang sudah menonjol keras berwarna coklat
hangus… tanganku menggerayang masuk kedalam rok mininya yg semakin
terangkat naik kudapatkan selangkangan yang tertutup celana dalam putih
dan kurasakan pada bagian tertentu sudah basah kuyub, Melda tak menolak
ketika celana dalam itu kulolosi dan kulempar entah jatuh dimana.
Melda mengerang keras
dengan mata membelalak, manakala jariku membelah bibir vaginanya yang
sudah basah sampai ke rambut kemaluannya yang rimbun… bibir cantik yang
sudah kehilangan warna lipsticknya itu gemetaran layaknya orang
kedinginan… terdengar derit retsluiting.. ternyata jemari lentik Melda
membuka celanaku dan menelusup masuk kedalam celana kerjaku… kulihat
matanya berbinar dan mulutnya mendesis seolah gemas, ketika tangannya
berhasil menggenggam batang kemaluanku…
sesaat kemudian batang
kemaluanku sudah mengacung-acung galak di sela bukaan retsleting
celanaku dalam genggaman tangan berjari lentik milik Melda… makin lebar
saja mata Melda yang menatap jalang ke batang kemaluanku yang sedang
dikocok-kocoknya lembut.
“Aaaah… mass Tommyy… mana mungkin Melda sanggup menolak yang
seperti ini… hhhh…. ssss….sssshhh… lakukan mas.. oohhh… toloong bikin
Melda lupa segalanya mas… Melda ga tahhaan…”kalimatnya mendesis bernada
penuh kepasrahan, namun matanya menatapku penuh tantangan dan ajakan.
Kurebahkan tubuh montok Melda di meja kerja Tasya yang lebar
setelah kusisihkan beberapa kertas file dan gelas minum yang tadi
ditaruh Melda diatas meja itu…. sementara laptopku masih terbuka dan
adegan seks dilayar monitornya, sementara jari tengahku tak berhenti
keluar masuk di liang sanggama Melda yang becek… mungkin benar kata
orang, cewek yang berkulit putih cenderung lebih basah liang
sanggamanya… seperti halnya Melda, cairan liang sanggamanya yang licin
kurasakan sangatlah banyak sampai ada tetesan yang jatuh di atas meja.
Melda sudah mengangkangkan kakinya lebar-lebar menyambut tubuhku
yang masuk diantara pahanya, aku berdiri menghadap pinggiran meja,
dimana selangkangan Melda tergelar… tubuh Melda kembali menggeliat
erotis disertai erangan seraknya ketika palkonku mengoles-oles belahan
vaginanya, sesekali kugesek-gesekan ke clitorisnya yang membengkak keras
sebesar kacang tanah yang kecil.. bukit vaginanya yang diselimuti
rimbunnya rambut kemaluan yang tercukur rapi.
“Ayoooo maasss… Melda ga tahaaann…hh..hhh… “rengek Melda memelas.
Bibir cantik itu menganga tak bersuara, mata bereye shadow gelap itu
membelalak lebar dengan alis berkerinyit gelisah, ketika palkonku
membelah bibir vaginanya dan merentang mulut liang sanggamanya…
kurasakan palkonku kesulitan menembus mulut liang sanggama Melda yang
sudah berlendir licin… Tubuh Melda meregang hebat diiringi erangan
keras, manakala palkonku memaksa otot liang sanggama Melda merentang
lebih lebar… kedua tangannya mencengkeram keras lenganku.
Perlahan tapi pasti batang
kemaluanku menggelosor memasuki liang sanggama yang terasa menggigit
erat benda asing yang memasukinya… baru tiga perempat masuk batang
kemaluanku, palkonnya sudah menabrak mentok dasar liang sanggama sempit
itu, kembali tubuh montok Melda menggeliat merasakan sodokan mantap pada
ujung leher rahimnya…. Sepasang kaki Melda membelit erat pinggangku
sehingga menahan gerakku… bibir cantik yang gemetaran itu tampak
tersenyum dengan mata berbinar aneh.
“Mas Tommy… tau kenapa Melda suka Rocco Sifredi..?”bisik Melda dengan tatapan mata mesra… kujawab dengan gelengan kepalaku.
“Perih-perih nikmat… kaya sekarang ini… Melda pingin disetubuhi
Rocco Sifredi… ayoo mas.. beri Melda kenikmatan yang indah…”bisik Melda
sambil mengerling penuh arti, belitan kaki di pinggangku dilonggarkan,
pertanda aku boleh mulai mengayun batang kemaluanku memompa liang
sanggamanya.
Kembali suara erangan dan rintihan Melda mengalun sensual
mengiringi ayunan batang kemaluanku yang pelan dan kalem keluar masuk
liang sanggama yang kurasakan sangat menggigit saking sempitnya,
walaupun produksi lendir pelicin vagina wanita bertubuh montok ini luar
biasa banyaknya, sampai berlelehan ke meja kerja yang jadi alas
tubuhnya.
“Punya kamu sempit banget mel… aku seperti menyetubuhi
perawan…”Bisikan mesraku tampak membuat janda beranak dua itu berbunga
hatinya.. wajahnya tampak berseri bangga.
“Punya mas Tommy aja yang kegedean… kaya punya Rocco Sifredi… Melda
suka sama yang begini… gemesssiiin… hhh… hhhoohhh… mmmaasss…”belum
selesai kalimat Melda, kupercepat ayunan pinggulku.. membuat mata Melda
kembali membelalak, bibirnya meringis memperlihatkan gigi indah yang
beradu, mengeluarkan desis panjang.
“maaasss… ammppuunn.. oooohhh… aaaaaahhh… eeeenngghh..”ceracaunya dengan suara setengah berbisik.
Sesaat kemudian aku merasakan serangan balasan Melda… Dengan
gemulai janda cantik ini memutar pinggulnya, pinggangnya yang ramping
bergerak menjadi engsel… Luar biasa nikmat yang kurasakan di siang
tengah hari bolong itu… Suara berdecakan yang semakin keras di
selangkangan kami menandakan semakin banjirnya lendir persetubuhan dari
liang sanggama Melda… Wajah cantik Melda semakin gelisah… mulutnya
komat-kamit seolah ingin mengatakan sesuatu tapi tak ada suara yang
keluar, hanya desah dan erangannya yang keluar… alisnya yang runcing
semakin berkerut… apalagi matanya yang kadang membelalak lebar kadang
menatapku dengan sorot mata gemas.
“Oooooouuuuwww..!! mmmaaaaassssss ga tahaann….
mmmmmhhh…!!”Kegelisahan dan keresahannya berujung pada rengekan panjang
seperti orang menangis dibarengi dengan pinggul yang diangkat didesakan
ke arahku bergerak-gerak liar… Aku tanggap dengan situasi wanita yang
dihajar nikmatnya orgasme… segera kuayun batang kemaluanku menembus
liang sanggama Melda sedalam-dalamnya dengan kecepatan dan tenaga yang
kutambah… akibatnya tubuh Melda semakin liar menggelepar di atas meja
kerja Tasya… kepalanya digeleng-gelengkan dengan keras ke kanan dan ke
kiri sehingga rambutnya semakin riap-riapan di wajahnya.
“Ammmpppuuunnn…. oooohhh… nnnggghhh…. …. hhoooo….”suara Melda
seperti menangis pilu… Ya ammmpppuunn…. kurasakan nikmat bukan main..
dinding liang sanggama wanita yang tengah diamuk badai orgasme itu
seakan mengkerut lembut menjepit erat batang kemaluanku, kemudian
mengembang lagi… enam atau tujuh kali berulang… membuatku sejenak
menghentikan ayunan penisku, pada posisi di kedalaman yg paling dalam
pada liang sanggama Melda.
Tubuh Melda tergolek lunglai… nafasnya tersengal-sengal, tampak
dari gerakan dada montoknya yang naik turun tak beraturan… wajahnya yang
miring ke samping kanan tampak kulitnya berkilat basah oleh keringat
birahinya, sementara mata ber eyeshadow tebal itu tampak terpejam spt
orang tidur… rambut panjang yang dicat blonde tampak kusut, awut-awutan
menutupi sebagian wajah cantiknya…. Kira-kira setelah dua menit batang
kemaluanku mengeram tak bergerak di liang sanggama yang semakin becek…
dengan gerakan lembut kembali kugerakkan pinggulku mengantarkan sodokan
keliang sanggama Melda… Tubuh montok itu kembali menggeliat lemah sambil
mulutnya mendesis panjang… Melda membuka matanya yang kini tampak sayu.
“Ssssshh… mmm… luar biasa….”desah Melda sambil tersenyum manis.
Kedua tangannya meraih leherku dan menarik ke arah tubuhnya.
Tubuhku kini menelungkupi tubuh montok Melda, Melda memeluk tubuhku erat
sekali sehingga bukit payudaranya tergencet erat oleh dada bidangku
seolah balon gas mau meletus, tak hanya itu sepasang pahanya
dilingkarkan di pinggangku dan saling dikaitkan di belakang tubuhku…
Woooww… leherku disosotnya dengan laparnya… jilatan dan kecupan nakal
bertubi-tubi menghajar leher dan daun telingaku… terdengar dengus
nafasnya sangat merangsangku… aku dibuat mengerang oleh aksinya… “Ayo
sayang, tuntaskan hasratmu… Melda boleh lagi enggak?”bisiknya manja
sambil bibirnya mengulum nakal daun telingaku. Kurasakan pantat montok
Melda bergerak gemulai, membesut hebat batang kemaluanku yang terjepit
di liang sanggamanya, sejenak kunikmati besutan dan pelintiran nikmat
itu tanpa balasan.. karena kuhentikan ayunan penisku.
“Kamu ingin berapa kali..?”sahutku berbisik tapi sambil mengayunkan
batang kemaluanku dalam sekali.. “Eeeeehhhhh…hhh…! sampe pingsan Melda
juga mauuuuuhh…hhhh…!”jawabnya sambil terhentak-hentak akibat rojokanku
yang kuat dan cepat…Aku mengakui kelihaian janda 2 anak ini dalam
berolah sanggama, kelihaiannya memainkan kontraksi otot-otot perutnya
yang menimbulkan kenikmatan luar biasa pada batang kemaluan yang
terjebak di liang sanggamanya yang becek… tehnik-tehnik bercintanya
memang benar-benar canggih… Tasya istriku wajib berguru pada Melda,
pikirku…Tapi rupanya Melda tak mampu berbuat banyak menghadapi
permainanku yang galak dan liar… Setelah pencapaian orgasmenya yang ke
tiga… Wajah Melda semakin pucat, walaupun semangat tempurnya msh besar.
“Ooooww… my God… ayo sayaaang… Melda masih kuat…”desisnya
berulang-ulang… sambil sesekali pantatnya menggeol liar, mencoba
memberikan counter attack… Aku tak ingin memperpanjang waktu, walau
sebenarnya masih blm ingin mengakhiri, tapi waktu yang berbicara… hampir
2 jam aku dan Melda berrpacu birahi diatas meja kerja Tasya. Aku mulai
berkonsentrasi untuk pencapaian akhirku… aku tak peduli erangan dan
rintihan Melda yang memilukan akibat rojokanku yang menghebat.
“Ooohkk.. hhookkhh.. ooww.. sayaaang… keluarkan.. di… di..
mulutkuuu yakkkhh..hhkk..”Sebagai wanita yg berpengalaman Melda tahu
gelagat ini… diapun mempergencar counter attacknya dengan goyang dan
geolnya yang gemulai kuku jarinya yang panjang menggelitiki dada
bidangku dan aku mengeram panjang sebelum mencabut batang kemaluanku
dari liang becek di tengah selangkangan Melda… dan dengan lincah Melda
mengatur posisinya sehingga kepalanya menggantung terbalik keluar dari
meja, tepat didepan palkonku yang sedang mengembang siap menyemburkan
cairan kental sewarna susu.
Melda mengangakan mulutnya lebar-lebar dan lidahnya terjulur
menggapai ujung palkonku… Hwwwoooohhh…!!!!! ledakan pertama mengantarkan
semburatnya spermaku menyembur lidah dan rongga mulutnya… aku sendiri
tidak menyangka kalo sebegitu banyak spermaku yang tumpah…. bahkan
sebelum semburan berakhir dengan tidak sabar batang kemaluanku disambar,
lalu dikulum dan disedot habis-habisan. Melda duduk diatas meja sambil
merapikan rambut blondenya yang kusut, sementara aku ngejoprak di kursi
putar.
“Wajah mu alim ternyata mengerikan kalo sedang ML mas…?”celetuk
Melda sambil menatapku dengan pandangan gemas dengan senyum-senyum
jalang.
“Siang ini aku ketemu singa betina kelaparan…”sahutku letoy.
“Salah mas, yang bener kehausan… titit mas Tommy bikin badanku terasa segar…ha.. ha..ha..”sambut Melda sambil ketawa ngakak.
“Waaakks… mati aku… mas, Tasya dateng tuuuhh…!”Tiba-tiba Melda
loncat turun dari meja dengan wajah pucat, buru-buru merapikan pakaian
sekenanya dan langsung cabut keluar ruangan.
Akupun segera melakukan tindakan yg sama… waaah di atas sepatuku
ada onggokan kain putih ternyata celana dalam… pasti milik Melda, segera
kusambar masuk ke tas laptop… dan aku segera masuk ke kamar mandi yg
ada di ruang kerja Tasya.
“Yaaang… chayaaang…. bukain doong…”suara Tasya sambil mengetok pintu kamar mandi
“Hei.. bentar sayang… dari mana aja..?”sahutku setengah gugup dari
dalam kamar mandi. Ketika pintu kubuka Tasya langsung menerobos masuk…
busyeet… Tasya menubrukku dan aku dipepetin ke wastafel… aku makin gugup.
“Sssshhhh… untung kamu dateng say… ga tau mendadak aja, tadi
dijalan Tasya horny berat…”tanpa basa basi lagi celanaku dibongkarnya
dan setelah batang kemaluanku yang masih loyo itu di dapatnya, segera
istriku ini berlutut dan melakukan oral sex.
Meski agak lama, tapi berhasil juga kecanggihan oral sex Tasya
istriku membangunkan kejantananku yang baru mo istirahat… tanpa membuka
pakaiannya Tasya langsung membelakangiku sambil menyingkap rok kerjanya
sampai ke pinggang, pantat Tasya kalah montok dibanding Melda, namun
bentuknya yang bulat, mengkal sangat seksi di mataku… sesaat kemudian
celana dalam G-String dan stocking Tasya sdh lolos dari tempatnya.
“C’ mon darling…. hajar liang cinta Tasya dari belakang…”dengan
suara dengus nafas penuh birahi Tasya mengangkangkan kakinya sambil
menunggingkan pantatnya… Memang istriku akhir-akhir ini sangat menyukai
gaya doggie style…”lebih menyengat”katanya… sesaat kemudian kembali
batang kemaluanku beraksi di liang sanggama wanita yang berbeda.
Dalam posisi doggie style, Tasya memang lihay memainkan goyang
pantatnya yang bulat secara variatif… dan apalagi aku sangat suka
melihat goyangan pantat seksi Tasya, membuat aku semakin semangat
menghajar liang sanggama Tasya yang tak sebecek Melda… Untungnya Tasya
adalah type wanita yang cepat dan mudah mencapai puncak orgasme.. nggak
sampai 10 menit kemudian Tasya mulai mengeluarkan erangan-erangan
panjang… aku hafal itu tanda-tanda bahwa istriku menjelang di puncak
orgasme, maka segera kurengkuh pinggangnya dan kupercepat rojokan batang
kemaluanku menghajar liang sanggama Tasya tanpa ampun.
“Tommm… Tommmy… gilaaa… aaahkk… …!!!”jeritan kecil Tasya itu
dibarengi dengan tubuh sintal Tasya yang gemetaran hebat…pantat seksinya
menggeol-geol liar menimbulkan rasa nikmat luar biasa pada batang
kemaluanku yang terjepit di liang sanggamanya… aku tak menahan lagi
semburatnya spermaku yang kedua utk hari ini
“Ma kasih Tommy chayaang…”kata Tasya sesaat kemudian sambil
mendaratkan kecupan mesra dibibirku.. Setelah membersihkan sisa-sisa
persetubuhan, aku pamit untuk kembali ke kantor, sementara Tasya masih
berendam di bath up…. Melda sudah duduk rapi di mejanya ketika aku
keluar dari ruangan Tasya, kudekati dia.
“Ssshh… nggak takut masuk angin, bawahnya ga ditutup..?”bisikku
sambil kuselipkan celana dalam putih Melda kelaci mejanya… mata Melda
melotot dengan mimik lucu.
“Ronde kedua niih yee..?”celetuknya nakal setelah tahu Tasya tak ikut keluar dari ruangan.
Aku melenggang memasuki mobilku, sambil memikirkan follow up ke Melda….. yang ternyata sangat menggairahkan.
No comments:
Post a Comment