AGEN DOMINO
Cerita Dewasa / Cerita Sex / Cerita ABG / Cerita Dewasa Hot / Cerita Dewasa SMA / Kumpulan Cerita Dewasa
Sebelumya perkenalkan nama ku, sebut
saja Brian, berumur 23 tahun, sudah menikah dan mempunyai 1 anak. Aku
bekerja disebuah perusahaan konsultan IT sebagai Senior Consultant. Aku orangnya suka berpetualang untuk
urusan Seks dan kebetulan Bosku tahu soal ini, sehingga suatu saat
ketika dia liburan ke Amerika, dia memberiku oleh-oleh obat perangsang
dan obat kuat. katakanlah namanya obat perangsang Libido-max dan Vimax.
Bentuknya seperti kapsul dengan bungkus
luar gel seperti minyak ikan. karena penasaran aku pernah mengguntingnya
dan ternyata isinnya cair, berwarna coklat kehijau-hijauan. pernah aku
mencoba mencampurnya kedalam air putih, ternyata air menjadi hijau dan
sedikit ada bau rempah-rempah. karena bentuk dan isinya yang seperti
itu, aku jadi bingung bangaimana meminumkan ke orang tanpa
sepengetahuannya, akhirnya aku menemukan jawaban, yaitu dicampurkan ke
whisky.
Mulai otak jahatku berpikir keras, mau
dicoba ke siapa yah?. akhirnya aku ketemu ide, kebetulan salah satu
client (perusahaan Oil & Gas) yang aku pegang mempunyai seorang
purchasing cewek yang cantik tapi orangnya judes sekali cewek itu
namanya Nana, single, beumur sekitar 22 tahun.
Temen2nya secara diam2 menjulukinnya si
perawan baru, mungkin karena terlalu judes itu sehingga tidak ada laki2
yang berani mendekatinnya walaupun dia memiliki wajah cantik, putih
mulus, tinggi sekitar 162 cm dengan ukuran dada sekitar 34B (menurut
tebakanku).
Aku jadi malu iseng untuk sering2
mengajaknya ngobrol walaupun kadang2 mendapat jawaban yang judes. Aku
mulai memancing2 dengan berbagai cara untuk mengetahui apa hobbynya, apa
acaranya pada saat week end dan lain2. Dan ada hasil yang cukup
menggembirakan yaitu dia suka main bilyard cafe, sebut saja namanya Nine
Ball Cafe.
Dia berasal dari keluarga cukup berada, karena saat ini dia tinggal sendiri di apartment cukup mewah di daerah Jakarta Utara.
Hari Jum’at sore ini, aku ada jadwal meeting di kantor client-ku itu, dan setelah meeting aku sengaja mengunjungi mejanya.
”Hai Nana, apa kabar? Lagi sibuk yah..??” tanyaku.
”Baik, kenapa nih? Lagi mau nyari proyek ya?” jawabnya dengan ketus.
”Nggak kok.. Cuma kangen aja dah lama ga ngobrol..” jawabku.
”Baik, kenapa nih? Lagi mau nyari proyek ya?” jawabnya dengan ketus.
”Nggak kok.. Cuma kangen aja dah lama ga ngobrol..” jawabku.
”Ga salah nih kangen sama gue..? Pasti ada maunya, apaan..?” katanya dengan wajah judes lagi.
”Idih.. curigaan deh kamu Na.. aku lagi
BT banget, main bilyard yuk ntar malem..?” kataku dengan mata menyelidik
untuk melihat response darinya.
Dia tidak menjawab, diam saja dan bahkan
seperti pura2 tidak mendengar ajakku sama sekali. Aku segera mengulangi
lagi pertanyaanku
”Na.. Nanti main bilyard yuk..? Ada yang pengen aku omongin nih..” ucapku.
”Ngomong aja sekarang..” katanya lagi.
”Ngomong aja sekarang..” katanya lagi.
”Ayolah Na.. bagimana kalo ke Nine Ball CafĂ©..? Kebetulan aku lagi BT banget nih, pengen..” kataku dengan wajah galau.
Kembali dia tidak menjawab. Aku mengulanginya lagi dan dia menjawab
”Iya! Dasar Bawel.. tapi jangan malem-malem ya pulangnya, soalnya aku hari ini ga bawa mobil..” jawabnya.
Hati ku begitu gembira mendengar jawabannya itu, akhirnya aku dapat kesempatan. Kebetulan waktu itu sudah mendekati jam 5:30.
”Ok.. sekarang aku tunggu kamu di lobby aja yah..?” tanyaku
”Hmm..” jawabnya.
”Hmm..” jawabnya.
Di lobby aku menunggu lama dan tidak
juga nongol, tapi aku nekad menunggu terus, sampai akhirnya 19.00 dia
keluar dan agak kaget melihatku masih menunggunya mungkin dia berharap
aku tidak mau menunggunya. Akhirnya kami menuju Nine Ball Cafe. Di
sepanjang jalan aku ajak ngobol dia, tapi memang dasar judes,, dia
selalu menjawab dengan jawaban “Ya”atau “kadang” atau “tidak” dan “hmm”.
Di Nine Ball Cafe kebetulan tidak begitu
ramai aku sengaja memilih meja yang pojok. Kami main santai sambil
makan. Dia termasuk bagus main bilyardnya dan permainna kami tidak jauh
berbeda, mungkin aku hanya menang karena jam terbangku lebih tinggi
saja.
Sambil bermain aku pesan Wisky Cola 2 gelas, 1 gelas untukku dan 1 gelas untuknya, dengan judesnya dia ngomong.
“Apaa nih…? Mau buat gue mabok ya..?”
tapi diambilnya dan langsung diteguknya 1/3 gelas, dan kami meneruskan
permainan kami dan tiba2 dia mengatakan kalau dia ingin kencing.
Nah ini adalah kesempatan yang kutunggu.
Aku segera memotong obat perangsang Libidomax-ku dan menuangkannya
kedalam gelas dia, mungkin aku menuangkan hampir 1/2 takaran. Setelah
dia dari kamar keci, kami meneruskan main lagi tapi dia berkata akan
pulang 20 menit lagi. Waduh… aku tidak tahu apakah obat perangsang ku
sudah bereaksi dalam waktu 20 menit. Aku segera mengajaknya minum sampai
1 gelas habis,dan diturutinya.
5 menit berlalu, tak ada perubahan apa2.
10menit berlalu, tak ada juga perubahan apa2, aku jadi berdebar2
membayangkan efek apa yang akan terjadi nati. 20 menit berlau sudah dan
dia mulai mengajakku untuk pulang.
DOMINO ONLINE
“Pulang yuk,di sini panas nih,… Acnya dimatiin kali nich,jadi panas begini.. “katanya”
Asyik asyik.. Dia mulai ada perubahan,
mulai kepanasan, aku mencoba mengulur waktu dengan mengatakan ingin
minum 1 gelas lagi, biyar enak tidur nanti malam, dan di setujuinya,
tapi aku sengaja memesan 2 gelas lagi, dan aku langsung mengajaknya
bersulang dan dilayaninnya.
Aku mulai melihat perubahan2 kecil dari
sikapnya, sinar matanya tidak seketus sebelum2nya. Dan ketika kami
sedang istirahat menunggu bola disusun, aku sengaja menyandarkan badanku
ke dia yang sedang duduk di sampingku,dan hasilnya dia diam saja.
Kami meneruskan permainan bilyard kami
dan dia seperti lupa kalo sebelumnya dia mengajakku pulang dan
kesempatan ini aku gunakan sebaik-baiknya. Tanganku mulai agak jail,
kadang mengelus rambutnya dan dia diam saja bahkan seperti seolah
memberikan ijin untuk aku berbuat lebih. Melihat ada lampu hijau, aku
mulai lebih berani, kadang merangkul dia, kadang menyandarkan badan ke
badan dia dan dia tetap santai.
Sudah 1 jam berlalu sejak dia meminum
obat perangsang libidomax yang aku campurkan kedalam gelas whisky
pertamanya. Dia mulai membuka kancing bajunya satu karena merasa
kepanasan, sehingga kadang aku mencuri-curi pandang melongok ke dalam
belahannya yang ..gila.. mulus bener.. putih.. dan dia juga melepas
ikatan rambutnya. Segera terurailah rambutnya yang sebahu itu dan aku
sampai agak tertegun.
”Na, kamu cantik sekali..” kataku.
Dia hanya membalasnya dengan senyum.
Aduh tambah manis deh. Aku jadi nekad mencium pipinya. Dia tidak marah
dan cenderung menempelkan badannya ke badanku dan seperti orang gelisah
mirip cacing kepanasan kali.
Karena sudah yakin obat perangsang ku
berfungsi dengan baik, aku segera mengajaknya pulang dan dia hanya
mengangguk tapi terlihat agak kecewa. Dalam mobil kami ngobrol sambil
meletakkan tangan di pahanya dan aku minta ijin untuk mampir ke
apartment dulu dan dia setuju.
Begitu masuk ruang apartment dia,
langsung aku memberanikan diri untuk menciumnya.. awalnya dia diam saja,
tidak menolak tetapi juga tidak bereaksi. Aku mulai memainkan lidahku,
sambil kadang naik mencium belakang telinganya.. Ah..ah.. rintihnya
sambil memelukku lebih erat lagi….
Ciumanku turun lagi ke bibirnya dan kali
ini dia mulai merespon dan mulai membalas memainkan lidah dan bibirnya.
Lama kelamaan mulai lebih bergairah dan malah agak rakus melahap
bibirku. Kesempatan ini mulai aku gunakan dengan mulai melepaskan
kancing bajunya dengan tangan kiri, sementara tangan kananku memeluknya
erat2.
Akhirnya terbukalah sudah semua
kancingnya dan tangan kiriku mulai bergerilya ke punggung untuk
menemukan pengait BH. Dengan sekali pencet terlepaslah BH itu dan dia
agak kaget, tapi tidak aku beri kesempatan untuk ngomong apapun karena
bibirnya segera aku lahap dan tanganku mulai meremas dadanya perlahan.
Kenyang dan pas dalam gengaman tanganku, yah pasti 34B.
Perlahan2 aku mulai menciumi lehernya
dan turun lagi mencari pentilnya. Ketika pentilnya ku hisap dia
berteriak lirih.. Bri.. ah… eh… Bri.. begitu berulang2. Tanganku mulai
begerak membuka baju dan BHnya yang masih melingkar di badannya. Begitu
terlepas, dia melepaskan pelukanku dan mengajakku ke kamarnya. Sambil berjalan dibelakangnya aku baru bisa memperhatikan badannya dari belakang…. Putih mulus tanpa bercak apapun.
Didalam kamar dia justru yang lebih
agresif dengan mulai menciumku dan tangannya mulai menjamah kemaluanku,
diurutnya, kadang dia meremas lembut bijiku dalam posisi berdiri sambil
berpelukan. Aku jadi terangsang dibuatnya. Aku mulai membuka baju dan
kaos dalamku.
Setelah itu, tanganku mulai mencari
pinggangnya, kubuka ikat pinggangnya, retsletingnya dan kuturunkan
celana itu. Aku melakukan semua itu dengan tetap melayani ciuman Nana
yang makin lama makin ganas, sampai kadang aku agak gelagapan susah
napas dibuatnya.
Aku melepaskan diri dari ciumannya dan
menuntunnya untuk naik ke tempat tidur. Dia rebah telentang pasrah
dengan pandangan sayu menatapku yang sibuk membuka sepatu dan celana
panjangku.
Setelah hanya tinggal celana dalam
seperti juga halnya Nana, aku langsung menubruk dan mulai berkonsentrasi
pada pangkal pahanya. Aku mulai menciumi pinggung dan perutnya yang
rata, sambil tanganku mulai melepas CD mini yang dipakainya.
Delta itu ditumbuhi jembut yang lembut
tipis. Kini aku baru mulai memperhatikan badannya, memang bener2 putih
mulus tanpa noda. Karena dia melihat aku bengong, dia bangkit dan mulai
melepas CDku dan mulai memainkan kemaluanku dan sungguh tak kuduga dia
mulai mengulum kemaluanku bak seorang ahli. Aku sampai bingung
dibuatnya, kenapa dia bisa sehebat dan senafsu ini, mungkin memang obat
perangsang libidomax yang membuatnya jadi seperti ini.
Tak tahan aku dikulumnya, aku merebahkan
dia dan aku mulai menjilati mekinya dengan lembut. Clitorisnya aku
jilat dan aku putari dengan lidahku… eh..ah…Yan.. eh.. ah.. dan akhirnya
dia berteriak Aaahhh.. orgasme dia.
Aku tidak berhenti bahkan malah tambah
mejilat lebih ganas dan tanpa sadar dia malah mengangkat pantatnya
tinggi-tinggi. Wajahnya memandangku seperti memohon kepadaku untuk
segera memasukkan kemaluanku.
Akhirnya aku mulai kasihan padanya. Aku
segera mencari dompetku dan mengambil kondom, kupakai dengan cepat dan
aku mulai menaiki dia, segera kuarahkan kemaluanku ke meki.nya. dan
perlahan tapi pasti kemaluanku amblas semua. Dia kelihatan menggigit
bibir menahan sakit. Sempit memang. walaupun dia baru saja mengeluarkan
sperma.
Pelan-pelan mulai ku pompa dia, kutekan
dan kutekan lagi sampai akhirnya dia mulai mengerakkan kepala kekanan
dan kekiri seperti orang kesurupan dan lalu dia berteriak lagi… Yan..
aku keluuaaar lagiiiii..
Aku menurunkan kecepatanku, tapi tiba2
dia bangun dan memintaku untuk di posisi bawah, dia segera menaikiku dan
mulai bergerak naik turun. Pada posisi ini aku dapat melihat seluruh
tubuh yang mulus sambil tanganku tak henti2nya meremas dan memainkan
pentilnya yang coklat kemerah-merahan itu. Mungkin karena konsentrasiku
terganggu dengan memandangi tubuhnya aku mulai merasakan akan segera
memuntahkan spermaku.
”Na.. aku mau sampe….” Kataku.
”Tahan bentar Rian, aku juga mau keluar
lagi..” dan dia memompa lebih dahsyat. Akhirnya aku sampai, cret..cret….
Nana tambah mempercepat gerakan dan akhirnya dia juga berteriak. Yan..
ahhhhhh.. Dan akhirnya dia ambruk ke badanku.
Badan kami penuh keringat dan tapi diam
saja dan aku malah memeluknya sambil pengelus-elus punggungnya. Setelah
beberapa saat baru dia bangun dan aku melihat dia mengeluarkan air mata.
”Kenapa Na..? ada yang salah..” tanyaku
Dia hanya menggeleng dan mengajakku ke kamar mandi.
Di kamar mandi kami mandi bersama,
saling sabun, saling peluk. Setelah selesai mandi kami mengenakan handuk
dan kami duduk di sofa sambil aku peluk dia. Aku tanya lagi
”Kenapa nangis Na..?” akhirnya dia minta
maaf padaku sampai terjadi ML denganku. Dia mengatakan bahwa dia tidak
pantas melakukan itu padaku karena aku adalah suami orang. Dia minta
padaku untuk berjanji tidak akan mengulangi hal yang sama ini.
Cukup sekali dan biarlah itu jadi
kenangan indah saja. Aku menurut saja, karena aku tahu Nana adalah orang
yang keras dan berprinsip dan aku menghormati keputusan dia.
Dikantor pun jika aku ke kantornya untuk
meeting kami bertemu tapi biasa saja (tapi dia sudah tidak judes lagi
padaku), walaupun dari sorot matanya aku dapat menangkap signal-signal
sayang, sehingga aku lebih banyak diberikan kemudahan2 di kantornya.
No comments:
Post a Comment