AGEN DOMINO
Cerita Dewasa / Cerita Sex / Cerita ABG / Cerita Dewasa Hot / Cerita Dewasa SMA / Kumpulan Cerita Dewasa
Sudah kurang lebih setahun aku bekerja pada sebuah perusahaan yang
bergerak dalam perundingan pembelian tanah yang akan dijadikan tempat
usaha. Di perusahaan itu aku juga memilki jabatan yang tidak rendah
karena aku selalu yang disuruh berangkat menyurvey, menawar, dan
memastikan kalau lahan yang akan dibuat usaha itu benar-benar strategis.
Aku juga sering bertemu dengan klien yang meminta bantuan perusahaan kami atau yang bekerja sama dengan perusahaan kami. Aku mendapatkan kepercayaan oleh perusahaan setelah aku berhasil memenangkan tender yang sangat besar sekali, dari itu aku menjadi orang kepercayaan bosku.
Dikala aku menyurvey sebuah lahan aku selalu ditemani oleh seorang
teman kantorku yang ditugaskan oleh kantor untuk menemaniku. Namanya Bu
Rena, orangnya tidak begitu cantik, tapi senyumannya sangatlah manis
sekali. Dia berusia sekitar 35 tahunan, dia juga sudah mempunyai suami
dan mempunyai dua orang anak. Tapi tubuh Bu Rena ini masih sangat
langsig sekali, payudaranya lumayan besar sekitar 34B dan pantatnya yang
ranum menghiasi pemandangan tubuh Bu Rena dibalik kerudung yang selalu
menutupi wajahnya. Sudah lama aku bekerja bersama Bu Rena, jadi aku
mengetahui bagaimana sifat Bu Rena. Sehungga kami dengan tidak segan
lagi ketika saling bercanda.
Selain ditemani Bu Rena aku, saat menyurvey aku
juga selalu diantar oleh sopir pribadiku yang juga sudah lama bekerja
denganku. dibalik kerudung Bu Rena sempat aku menebak-nebak tentang
gairah Seks Bu Rena ini, bahkan aku juga sempat menanyakan pada Bu Rena
saat kami keluar menyurvey. Dia hanya tersenyum dengan pertanyaanku yang
menjurus soal hubungan Seks.
Aku menjadi tahu kalau Bu Rena ini juga sebenarnya gak baik-baik
banget, aku juga bisa mendapatkannya, tapi dia menutupinya dengan
berkerudung saat dikantor. Aku juga sering menggodanya saat berada
dikantor tapi tidak didepan teman-teman kantor, tapi ketika terlihat
sepi, dan Bu Rena selalu hanya membalas godaanku dengan senyuman yang
sangat khas dari raut wajahnya.
Waktu itu hari sabtu aku mengambil cuti karena aku ingin istirahat
dirumah, menenagkan pikiran dari segala urusan yang ada dikantor. Tapi
tak sesuai dengan harapanku, sekitar jam 10 siang aku ditelpon oleh
atasanku dan aku ditugaskan untuk menyurvey sebuah lahan dengan sebuah
klien dari perusahaan.
Dengan tak bisa mneolak aku pun menyanggupinya. Dan aku meminta kalau Bu Rena diantar kerumahku. Segera aku bergegas tata-tata, menyiapkansegala sesuatu yang aku perlukan. Dan setengah jam kemudian Bu Rena sampai kerumahku dengan diantar sopir perusahaan. Aku mempersilahkannya masuk dirumahku dulu sambil menunggu bersiap. Istriku dengan Bu Rena juga sudah kenal karena aku sudah cerita tentang Bu Rena jadi istriku gak masalah.
Setelah aku selesai, aku mencari sopirku, dan setelah aku panggil
istriku yang menjawab, kalau sopirku pagi tadi ijin untuk mengantar
istrinya kerumah sakit. Jadi terpaksalah aku menyetir mobil sendiri. Dan
aku langsung berpamitan dengan istriku. Aku dan Bu Rena lalu masuk
mobil dan kami pun langsung meninggalkan rumah.
Obrolan kami di perjalanan menuju lokasi, hanya menyangkut
masalah-masalah bisnis yang ada kaitannya dengan Bu Rena. Tidak ada
sesuatu yang menyimpang. Bahkan setelah tiba di lokasi yang 25 km dari
pusat kota, aku tak berpikir yang aneh-aneh. Bahkan aku jengkel juga
ketika pemilik tanah itu tidak ada di tempat, harus dijemput dulu oleh
keponakannya yang segera meluncur di atas motornya.
Kami duduk saja di dalam mobil yang diparkir menghadap ke kebun tak
terawat, yang rencananya akan dijadikan perumahan oleh kenalanku yang
seorang developer. Suasana sunyi sekali. Karena kami berada di depan
kebun yang mirip hutan. Pepohonan yang tumbuh tidak dirawat sedikit pun.
Tapi suasana yang sunyi itu…entah kenapa…tiba-tiba saja membuatku iseng…memegang tangan Bu Rena sambil berkata,
“Bisa 2 jam kita harus menunggu di sini, Bu.”
“Iya Pak,” sahutnya tanpa menepiskan genggamanku,
“Sabar aja ya Pak….di dalam bisnis memang suka ada ujiannya.” Aku terdiam.
“Iya Pak,” sahutnya tanpa menepiskan genggamanku,
“Sabar aja ya Pak….di dalam bisnis memang suka ada ujiannya.” Aku terdiam.
Tapi tanganku tidak diam. Aku mulai meremas tangan wanita 30 tahunan
itu, yang makin lama terasa makin hangat. Dia bahkan membalasnya dengan
remasan. Apakah ini berarti……..ah…..pikiranku mulai melayang-layang tak
menentu. Mungkin di mana-mana juga lelaki itu sama seperti aku. Dikasih
sejengkal mau sedepa.
Remas-remasan tangan tidak berlangsung lama. Kami bukan abg lagi.
Masa cukup dengan remas-remasan tangan? Sesaat kemudian, lengan kiriku
sudah melingkari lehernya. Tangan kananku mulai berusaha membuka jalan
agar tangan kiriku bisa menyelusup ke dalam bajunya yangb sangat
tertutup dan bertangan panjang. Bu Rena diam saja. Dan akhirnya aku
berhasil menyentuh payudaranya.
Tapi dia menepiskan tanganku sambil berkata,
“Duduknya di belakang saja Pak…di sini takut dilihat orang…” O, senangnya hatiku.
Karena ucapannya itu mengisyaratkan bahwa dia juga mau !
“Kenapa mendadak jadi begini Pak?” tanya wanita berjilbab itu ketika
kami sudah duduk di jok belakang, pada saat tanganku berhasil menyelinap
ke baju tangan panjangnya dan ke balik BH nya.
“Gak tau kenapa ya?” sahutku sambil meremas payudaranya yang terasa masih kencang, mungkin karena rajin merawatnya. “Tapi Pak…uuuuhhhh…..kalau saya jadi horny gimana nih?” wanita itu terpejam-pejam sambil meremas-remas lututku yang masih berpakaian lengkap.
“Gak tau kenapa ya?” sahutku sambil meremas payudaranya yang terasa masih kencang, mungkin karena rajin merawatnya. “Tapi Pak…uuuuhhhh…..kalau saya jadi horny gimana nih?” wanita itu terpejam-pejam sambil meremas-remas lututku yang masih berpakaian lengkap.
“Kita lakukan saja…asal Bu Rena gak keberatan….” tanganku makin berani, berhail menyelinap ke balik rok panjangnya, lalu menyelundup ke balik celana dalamnya.
Tanganku sudah menyentuh bulu kemaluannya yang terasa lebat sekali.
Kemudian menyeruak ke bibir kemaluannya…bahkan mulai menyelinap ke celah
vaginanya yang terasa sudah membasah dan hangat.
“Masa di mobil?” protesnya,
“kata orang mobil jangan dipakai gituan, bisa bikin sial…”
“Emang siapa yang mau ngajak begituan di mobil? Ini kan perkenalan aja dulu….” kataku pada waktu jemariku mulai menyelusup ke dalam liang kemaluan Bu Rena yang terasa hangat dan berlendir…
“kata orang mobil jangan dipakai gituan, bisa bikin sial…”
“Emang siapa yang mau ngajak begituan di mobil? Ini kan perkenalan aja dulu….” kataku pada waktu jemariku mulai menyelusup ke dalam liang kemaluan Bu Rena yang terasa hangat dan berlendir…
Wanita itu memelukku erat-erat sambil berbisik,
“Duh Pak…saya jadi kepengen nih….kita cari penginapan aja dulu yuk.
Bilangin aja sama orang-orang di sini kalau kita mau datang lagi besok.”
“Iya sayang,” bisikku,
“Iya sayang,” bisikku,
“ Sekarang ini memiliki dirimu lebih penting daripada ketemuan dengan pemilik tanah itu…”
“Ya sudah dulu dong,” Bu Rena menarik tanganku yang sedang mempermainkan kemaluannya,
“Nanti kalau saya gak bisa nahan di sini kan berabe. Nanti aja di penginapan saya kasih semuanya…” Aku ketawa kecil.
Lalu pindah duduk ke belakang setir lagi. Tak lama kemudian mobilku
sudah meluncur di jalan raya. Persetan dengan pemilik tanah itu.
Sekarang ini yang terpenting adalah tubuh Bu Rena, yang jelas sudah siap
diapakan saja. Dengan mudah kudapatkan hotel kecil di luar kota, sesuai
dengan keinginan Bu Rena, karena kalau di dalam kota takut kepergok
oleh orang-orang yang kami kenal.
Soalnya aku punya istri, Bu Rena pun punya suami. Hotel itu cuma
hotel sederhana. Tapi lumayan, kamar mandinya pakai shower air panas.
Tidak pakai AC, karena udaranya cukup dingin, rasanya tak perlu pakai AC
di sini. Yang penting adalah wanita berjilbab itu…yang kini sedang
berada di dalam kamar mandi, mungkin sedang cuci-cuci dulu…sementara aku
sudah tak sabaran menunggunya.
Ketika ia muncul di ambang pintu kamar mandi, aku terpana dibuatnya.
Rambutnya yang tak ditutupi apa-apa lagi, tampak tergerai lepas….panjang
lebat dan ikal. Jujur…ia tampak jauh lebih seksi, apalagi kalau
mengingat bahwa ia 5 tahun lebih muda adaripada istriku. Rok bawahnya
tidak dikenakan lagi, sehingga pahanya yang putih mulus itu tampak jelas
di mataku.
Aku bangkit menyambutnya dengan pelukan hangat,
“Bu Rena kalau gak pake jilbab malah tampak lebih cantik….muuuahhhhh…” kataku diakhiri dengan kecupan hangat di pipinya.
Ia memegang pergelangan tanganku sambil tersenyum manis. Dan kuraih
pinggangnya, sampai berada di atas tempat tidur yang lumayan besar. Lalu
kami bergumul mesra di atas tempat tidur itu. Bu Rena tidak pasif.
Berkali-kali dia memagut bibirku. Aku pun dengan tak sabar menyingkapkan
baju lengan panjangnya.
Dan…ah…rupanya tak ada apa-apa lagi di balik baju lengan panjang itu
selain tubuh Bu Rena yang begitu mulus. Payudaranya tidak sebesar
payudara istriku. Tapi tampak indah di mataku. Tak ubahnya payudara
seorang gadis belasan tahun. Dan ketika pandanganku melayang ke bawah
perutnya…tampak sebentuk kemaluan wanita yang berambut tebal, sangat
lebat…. Aku pun mulai beraksi. Mencelucupi lehernya yang hangat,
sementara tanganku mulai mengelus bulu kemaluan yang lebat keriting itu.
Bu Rena pun tidak tinggal diam, mulai melepaskan kancing kemejaku
satu persatu, lalu menanggalkan kemejaku. Untuk mempermudah, aku pun
menanggalkan celana panjang dan celana dalamku. Sehingga batang
kemaluanku yang sudah tegak kencang ini tak tertutup apa-apa lagi.
Bu Rena melotot waktu melihat batang kemaluanku yang sudah tak tertutup apa-apa lagi ini.
“Iiiih…punya Bapak kok panjang gede gitu….mmm….si ibu pasti selalu puas ya …” desisnya.
“Emang punya suami Bu Rena seperti apa?” tanyaku.
“Emang punya suami Bu Rena seperti apa?” tanyaku.
DOMINO ONLINE
“Jauh lebih pendek dan kecil,” bisik Bu Rena sambil merangkulku dengan ketat, seperti gemas.
Kembali kuciumi lehernya yang mulai keringatan, lalu
turun…mencelucupi puting payudaranya. Kusedot-sedot seperti anak kecil
sedang menetek, sambil mengelus-eluskan ujung lidahku di putting
payudara yang terasa makin mengeras ini. Sementara tanganku tak hanya
diam. Jemariku mulai mengelus bibir kemaluan wanita itu, bahkan mulai
memasukkan jari tengahku ke dalam liang kemaluannya.
Bu Rena sendiri tak cuma berdiam diri. Tangannya mulai menggenggam
batang kemaluanku. Meremasnya dengan lembut. Mengelus-elus puncak
penisku, sehingga aku makin bernapsu. Tapi aku sengaja ingin melakukan
pemanasan selama mungkin, supaya meninggalkan kesan yang indah di
kemudian hari. Maka setelah puas menyelomoti puting payudara wanita itu,
bibirku turun ke arah perutnya. Menjilati pusarnya sesaat.
Lalu turun ke bawah perutnya.
“Pa jangan ke situ ah…malu…” Bu Rena berusaha menarik kepalaku agar naik lagi ke atas.
Tapi aku bahkan mulai menciumi kemaluanya yang berbulu lebat itu.
Lalu jemariku menyibakkan bulu kemaluan wanita itu, mengangakan bibirnya
dan mulai menjilatinya dengan gerakan dari bawah ke atas….
“Aduh Pak…ini diapain? Aaah…kok enak sekali Pak…..” Bu Rena mulai menceracau tak menentu.
Lebih-lebih ketika aku mulai mengarahkan jilatanku di clitorisnya,
terkadang menghisap-hisapnya sambil menggerak-gerakkan ujung lidahku.
“Oooh Pak…oooh….Pak….iiiih….saya udah mau keluar nih….duuuhhhhhh”
celotehnya membuatku buru-buru mengarahkan batang kemaluanku ke belahan
memeknya yang sudah basah.
Dan kudesakkan sekaligus….blessss…..agak mudah membenam ke dalam
liang surgawi yang sudah banyak lendirnya itu. “Aduuuduuuhhhh…sudah
masuk Paaakk…..oooohhhh….” Bu Rena menyambutku dengan pelukan erat,
bahkan sambil menciumi bibirku sambil menggerak-gerakkan pantatnya,
“Sa…saya gak bisa nahan lagi…langsung mau keluar Paaak…tadi sih terlalu dienakin…oooh…” Lalu terasa tubuh wanita itu mengejang dan mengelojot seperti sekarat.
Rupanya dia tak bisa menahan lagi. Dia sudah orgasme….terasa liang
kemaluannya berkedut-kedut, lalu jadi becek. “Barusan kan baru orgasme
pertama,”bisikku yang mulai gencar mengayun batang kemaluanku, maju
mundur di dalam celah kemaluan Bu Rena.
Beberapa saat kemudian wanita itu merem melek lagi, bahkan makin
gencar menggoyang-goyang pinggulnya, sehingga batang kemaluanku serasa
dibesot-besot oleh liang surgawi Bu Rena. Aku tahu goyangan pantatnya
itu bukan sekadar ingin memberikan kepuasan untukku, tapi juga mencari
kepuasan untuknya sendiri.
Karena pergesekan penisku dengan liang kemaluannya jadi makin keras, kelentitnya pun berkali-kali terkena gesekan penisku.
“Adduuuh, duuuh….Pak…kok enak sekali sih Pak…..aaah…saya bisa ketagihan nanti Pak…..” celotehnya dengan napas tersengal-sengal.
“Aku juga bisa ketagihan,” sahutku setengah berbisik di telinganya, sambil merasakan enaknya gesekan dinding liang kemaluannya,
“memekmu enak sekali, sayang…..duuuuh….benar-benar enak sekaliii….” Aku memang tidak berlebihan.
Entah kenapa, rasanya persetubuhanku kali ini terasa fantastis
sekali. Mungkin ini yang disebut SII (Selingkuh Itu Indah). Padahal
posisi kami cuma posisi klasik. Goyangan pantat Bu Rena juga
konvensional saja. Tapi enaknya luar biasa. Dalam tempo singkat saja
keringatku mulai bercucuran. Bu Rena pun tampak sangat menikmati enjotan
batang kemaluanku. Sepasang kakinya diangkat dan ditekuk, lalu
melingkari pinggangku, sementara rengekan-rengekannya tiada henti
terlontar dari mulutnya.
“Ooooh….oooh…hhhh….aaaaahhhhh…oooh…aaaaah….aduuuh Paaak….enak Pak….duuuuh….mmmmhhhhh saya mau keluar lagi nih Paaak….”
“Kita barengin keluarnya yok….” bisikku sambil mempergencar enjotan batang kemaluanku, maju mundur di dalam liang kewanitaan Bu Rena.
“Kita barengin keluarnya yok….” bisikku sambil mempergencar enjotan batang kemaluanku, maju mundur di dalam liang kewanitaan Bu Rena.
“I…iya Pak….bi…bi…biar nikmat…..” sahutnya sambil mempergencar pula ayunan pinggulnya, meliuk-liuk cepat dan membuat batang kemaluanku seperti dipelintir oleh dinding liang kemaluan wanita yang licin dan hangat itu.
Sampai pada suatu saat…kuremas-remas buah dada wanita itu, mataku
terpejam, napasku tertahan…batang kemaluanku membenam
sedalam-dalamnya….lalu kami seperti orang-orang kesurupan….sama-sama
berkelojotan di puncak kenikmatan yang tiada taranya ….. Air maniku
terasa menyemprot-nyemprot di dalam liang memek Bu Rena. Liang yang
terasa berkedut-kedut.
Lalu kami sama-sama terkapar, dengan keringat bercucuran.
“Ini yang pertama kalinya saya digauli oleh lelaki yang bukan suami
saya…” kata Bu Rena sambil membiarkan batang kemaluanku tetap menancap
di dalam memeknya.
Kujawab dengan ciuman hangat di bibirnya yang sensual,
“Sama…saya juga baru sekali ini merasakan bersetubuh dengan wanita
yang bukan istri saya. Terimakasih sayang…mulai saat ini Bu Rena jadi
istri rahasiaku…”
“Dan Bapak jadi suami kedua saya….iiih…kenapa tadi kok enak sekali ya Pak?”
“Mungkin kalau dengan pasangan kita sendiri sudah terlalu biasa, nggak ada yang aneh lagi. Tapi barusan dilepas di dalam…nggak apa-apa ?”
“Nggak apa-apa,” sahutnya dengan senyum manis, mata bundar beningnya pun bergoyang-goyang manja,
“Saya kan ikut KB sejak kelahiran anak kedua…”
“Asyik dong, jadi aman….” “Saya pasti ketagihan Pak….soalnya punya Bapak panjang gede gitu…..” Kata-kata Bu Rena itu membuat napsuku bangkit lagi.
Dan batang kemaluanku yang masih terbenam di dalam memeknya, terasa
mengeras lagi. Maka kucoba menggerak-gerakkannya…ternyata memang bisa
dipakai “bertempur” lagi. Batang kemaluanku sudah mondar mandir lagi di
dalam liang vagina Bu Rena yang masih banyak lendirnya tapi tidak
terlalu becek, bahkan lebih mengasyikkan karena aku bisa mengentot
dengan gerakan yang sangat leluasa tanpa kehilangan nikmatnya sedikit
pun. Bahkan ketika aku menggulingkan diri ke bawah, dengan aktifnya Bu
Rena action dari atas tubuhku.
Setengah duduk ia menaik turunkan pinggulnya, sehingga aku cukup
berdiam diri, hanya sesekali menggerakkan batang kemaluanku ke atas,
supaya bisa masuk sedalam-dalamnya. Posisi di bawah ini membuatku
leluasa meremas-remas payudara Bu Rena yang bergelantungan di atas
wajahku. Terkadang kuremas-remas juga pantatnya yang lumayan besar dan
padat. Tapi mungkin posisi ini terlalu enak buat Bu Rena, karena moncong
penisku menyundul-nyundul dasar liang vaginanya. Dan itu membuatnya
cepat orgasme. Hanya beberapa menit ia bisa bertahan dengan posisi ini.
Tak lama kemudian ia memeluk leherku kuat-kuat, seperti hendak
meremukkannya.
Lalu terdengar erangan nikmatnya,
“Aaaahhhh….saya keluar lagi Paaaak…..” Kemudian ia ambruk di dalam dekapanku.
Tapi aku seolah tak peduli bahwa Bu Rena sudah orgasme lagi. Butuh
beberapa saat untuk memulihkan vitalitasnya kembali. Tak perlu
vitalitas. Yang jelas batang kemaluanku sedang enak-enaknya mengenjot
memek teman bisnisku ini. Lalu aku menggulingkan badannya sambil kupeluk
erat-erat, tanpa mencabut batang kemaluanku dari dalam memeknya yang
sudah orgasme kesekian kalinya. Bu Rena memejamkan matanya waktu aku
mulai mengentotnya lagi dengan posisi klasik, dia di bawah aku di atas.
Tapi beberapa saat kemudian ia mulai aktif lagi. Mendekapku erat-erat
sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan gerakan meliuk-liuk …..
Aku pun makin ganas mengentotnya. Tapi ia tak mau kalah ganas. Gerakan
pantatnya makin lama makin dominan.
Membuatku berdengus-dengus dalam kenikmatan yang luar biasa.
“Oooh…enak banget Paaak….sa…saya mau keluar lagi ….kita barengin lagi
Pak…ta…tadi juga enak sekali….” celotehnya setelah batang kemaluanku
cukup lama mengentot liang memeknya.
Aku setuju. Kuenjot batang kemaluanku dengan kecepatan tinggi,
maju-mundur, maju-mundur….sampai akhirnya kami sama-sama berkelojotan
lagi Saling cengkram, saling lumat….seolah ingin saling meremukkan….dan
akhirnya air maniku menyemprot-nyemprot lagi di puncak kenikmatanku,
diikuti dengan rintihan lirih Bu Rena yang sedang mencapai orgasme pula.
“Kita kok bisa tiba-tiba begini ya?” cetus bu Rena waktu sudah mengenakan pakaiannya lagi.
“Iya…dari rumah aja gak ada renana….tapi tadi mendadak ada keinginan…untunglah Bu Ivvy gak menolak…terimakasih ya sayang,” sahutku dengan genggaman erat di pergelangan tangannya, kemudian kukecup mesra bibirnya yang tipis mungil itu.
“Iya…dari rumah aja gak ada renana….tapi tadi mendadak ada keinginan…untunglah Bu Ivvy gak menolak…terimakasih ya sayang,” sahutku dengan genggaman erat di pergelangan tangannya, kemudian kukecup mesra bibirnya yang tipis mungil itu.
Wanita itu tersenyum. Memeluk pinggangku sambil berkata perlahan,
“Kita harus berterimakasih pada pemilik tanah itu, ya Pak. Gara-gara
dia gak ada di tempat, kita jadi ada acara mendadak begini.” Aku
mengangguk dengan senyum.
Sementara hatiku berkata,
“Gara-gara sopirku gak masuk pula, aku jadi punya kisah seperti ini. Kalau ada dia, aku tentu takkan sebebas ini.”
Sore itu kami pulang ke rumah masing-masing, dengan perasaan baru.
Bahkan malamnya, ketika istriku sudah tertidur pulas, aku masih sempat
smsan dengan bu Rena. Salah satu smsnya berbunyi:
“Puas banget…punya saya sampe terasa seperti jebol….punya bapak kegedean sih…kapan kita ketemuan lagi?” Kujawab singkat,
“Kapan pun aku siap..” Satu kisah indah telah tercatat di dalam kehidupanku. Yang tak mungkin kulupakan.
No comments:
Post a Comment