AGEN DOMINO
Cerita Dewasa / Cerita Sex / Cerita ABG / Cerita Dewasa Hot / Cerita Dewasa SMA / Kumpulan Cerita Dewasa
Aku ikut dalam acara reality show di
salah satu tv swasta. Presenternya, Ines, sangat seksi. aku napsu sekali
melihatnya. Selama show, bodinya yang bahenol terbungkus dengan tank
top ketat dan jeans yang juga ketat. Toketnya yang besar tampak sangat
menonjol. Pantatnya yang besar juga tampak sangat menggairahkan.Karena
tank topnya sepinggang, puser dan pinggangnya sering terlihat karena dia
sangat aktif bergerak.
Acara tersebut adalah acara mencari pasangan. Pada satu kesempatan, aku
berkata pada Ines : “Aku sih milih Ines aja deh boleh gak. Dari pertama
kita ketemu, aku sudah tertarik dengan kamu Nes”. “Kan Ines host nya,
gak termasuk dalam prempuan yang mencari pasangannya. Mas boleh milih
Ines, Sintia atau yang lainnya”. “Enggak ah, aku milih Ines aja yach”.
“Kalo gitu kita omongin diluar acara aja ya mas, macem2 aja si mas teh”,
katanya sambil tersenyum. Ketika sampai waktunya harus menentukan aku
tidak memilih siapapun.
Ines hanya tersenyum ketika aku menyatakan alasanku tidak memilih, “Kan
aku maunya milih Ines tapi gak bisa”. Selesai acara yang diselenggarakan
disalah satu resort diluar kota, aku nungguin Ines. Lama juga aku
nunggunya, akhirnya dia keluar juga dari resort, masih memakai pakaian
seksinya. “Ines pulang ama siapa?”, tanyaku. “Sendiri mas, mas mo
nganterin Ines pulang”, dia minta to the point. “Bole banget, tapi
pulangnya ke tempatku ya”. “Mo ngapain di tempat mas”. “Aku mo ngobrol
ama Ines, belum puas ngobrolnya sih”.
“Belum puas ngobrolnya atau mo ngepuasin
yang lainnya mas?”, katanya nantangin. “Kalo aku minta dipuasin yang
lainnya, Ines mo muasin aku gak”, langsung kujawab, to the point juga.
“Bisa diatur”, kata Ines sambil masuk ke mobilku. Dalam perjalanan
pulang, kami ngobrol ngalor ngidul, Ines sangat open. Dia crita
petualangan sexnya dengan banyak lelaki, terutama dengan yang bukan abg.
Dia bilang sudah sebulan ini dia gak kencan ama lelaki. “Wah, kalo gitu
kamu dah napsu banget dong Nes. Aku kan sudah gak termasuk abg, jadi
boleh dong ikut dalam petualangan Ines”.
“Bisa diatur kok mas”. Selama
perjalanan, aku mengelus pahanya, dari luar jeans ketatnya tentunya.
“Ih, si mas, dah napsu sama Ines ya”. “Kalo napsu sih dari tadi Nes”.
“Kalo dah napsu artinya dah ngaceng ya mas”, katanya sambil mengelus
selangkanganku. “Ih, kayanya besar ya mas, keras lagi”, dia mulai
meremas selangkanganku. “Ines mo liat duluan, buka aja ritsluitingnya”.
Dia segera menurunkan ritsluiting celanaku dan tangannya masuk ke dalam
cd ku merogoh kontolku. “Ih besar banget mas, panjang lagi.
Ines belum pernah ngerasain yang sebesar
dan sepanjang ini”, katanya sambil mengeluarkan kontolku. Segera
dikocok2nya batangnya. Lalu Ines menunduk dan mengemut kepala kontolku.
“Nes, diisep sampe aku ngecret dong”. “Tempatnya sempit mas, Ines kocok
aja yach. Nonok Ines jadi basah mas, dah kepingin kemasukan kontol gede
mas”, dia mulai mengocok kontolu keatas dan kebawah. Aku jadi melenguh
kenikmatan. “Masih jauh mas, tempatnya”. “Enggak kok Nes, sebentar lagi
sampe”, kataku sambil mempercepat lajunya kendaraanku.
Tak lama kemudian, sampailah kami
dirumah milik kantorku. Aku belum ngecret dan Ines menyudahi
sepongannya. “Mas, besar banget rumahnya kaya kontol mas aja besar,
punya mas ya”. “Bukan Nes, punya kantor. Ini mes kantor, buat tamu yang
perlu nginep. Sekarang lagi kosong, jadi kita pake aja yach”. Kami
menuju ke bagian belakang rumah, ada kolam renang disana. Tempatnya
teduh karena banyak pepohonan dan tertutup tembok tinggi sehingga gak
mungkin ada yang bisa ngintip.
Aku duduk didipan dipinggir kolam
renang, Ines duduk disebelahku. Aku memeluknya. Kucium pipinya sambil
jemariku membelai-belai bagian belakang telinganya. Matanya terpejam
seolah menikmati usapan tanganku. Kupandangi wajahnya yang manis,
hidungnya yang mancung lalu bibirnya. Tak tahan berlama-lama menunggu
akhirnya aku mencium bibirnya. Kulumat mesra lalu kujulurkan lidahku.
Mulutnya terbuka perlahan menerima
lidahku. Lama aku mempermainkan lidahku di dalam mulutnya. Lidahnya
begitu agresif menanggapi permainan lidahku, sampai-sampai nafas kami
berdua menjadi tidak beraturan. Sesaat ciuman kami terhenti untuk
menarik nafas, lalu kami mulai berpagutan lagi dan lagi. Kubelai pangkal
lengannya yang terbuka. Kubuka telapak tanganku sehingga jempolku bisa
menggapai permukaan dadanya sambil membelai pangkal lengannya. Bibirku
kini turun menyapu lehernya seiring telapak tanganku meraup toketnya.
Ines menggeliat bagai cacing kepanasan
terkena terik mentari. Suara rintihan berulang kali keluar dari mulutnya
di saat lidahku menjulur menikmati lehernya yang jenjang. “Maas….” Ines
memegang tanganku yang sedang meremas toketnya dengan penuh napsu.
Bukan untuk mencegah, karena dia membiarkan tanganku mengelus dan
meremas toketnya yang montok. “Nes, aku ingin melihat toketmu”, ujarku
sambil mengusap bagian puncak toketnya yang menonjol.
Dia menatapku. Ines akhirnya membuka
tank top ketatnya di depanku. Aku terkagum-kagum menatap toketnya yang
tertutup oleh BH berwarna hitam. Toketnya begitu membusung, menantang,
dan naik turun seiring dengan desah nafasnya yang memburu. Sambil
berbaring Ines membuka pengait BH-nya di punggungnya.
Punggungnya melengkung indah. Aku
menahan tangan Ines ketika dia mencoba untuk menurunkan tali BH-nya dari
atas pundaknya. Justru dengan keadaan BH-nya yang longgar karena tanpa
pengait seperti itu membuat toketnya semakin menantang. “Toketmu bagus,
Nes”, aku mencoba mengungkapkan keindahan pada tubuhnya. Perlahan aku
menarik turun cup BH-nya.
Mata Ines terpejam. Perhatianku terfokus
ke pentilnya yang berwarna kecoklatan. Lingkarannya tidak begitu besar
sedang ujungnya begitu runcing dan kaku. Kuusap pentilnya lalu kupilin
dengan jemariku. Ines mendesah. Mulutku turun ingin mencicipi toketnya.
“Egkhh..” rintih Ines ketika mulutku melumat pentilnya. Kupermainkan
dengan lidah dan gigiku. Sekali-sekali kugigit pentilnya lalu kuisap
kuat-kuat sehingga membuat Ines menarik rambutku. Puas menikmati toket
yang sebelah kiri, aku mencium toket Ines yang satunya yang belum sempat
kunikmati.
Rintihan-rintihan dan desahan kenikmatan
keluar dari mulut Ines. Sambil menciumi toket Ines, tanganku turun
membelai perutnya yang datar, berhenti sejenak di pusarnya lalu perlahan
turun mengitari lembah di bawah perut Ines. Kubelai pahanya sebelah
dalam terlebih dahulu sebelum aku memutuskan untuk meraba nonok nya yang
masih tertutup oleh celana jeans ketat yang dikenakan Ines. Aku secara
tiba-tiba menghentikan kegiatanku lalu berdiri di samping dipan.
Ines tertegun sejenak memandangku, lalu
matanya terpejam kembali ketika aku membuka kancing jeans warna
hitamnya. Aku masih berdiri sambil memandang tubuh Ines yang tergolek di
dipan, menantang. Kulitnya yang tidak terlalu putih membuat mataku tak
jemu memandang. Perutnya begitu datar. Celana jeans ketat yang
dipakainya terlihat terlalu longgar pada pinggangnya namun pada bagian
pinggulnya begitu pas untuk menunjukkan lekukan pantatnya yang sempurna.
Puas memandang tubuh Ines, aku lalu membaringkan tubuhku di sampingnya.
Kurapikan untaian rambut yang menutupi
beberapa bagian pada permukaan wajah dan leher Ines. Kubelai lagi
toketnya. Kucium bibirnya sambil kumasukkan air liurku ke dalam
mulutnya. Ines menelannya. Tanganku turun ke bagian perut lalu menerobos
masuk melalui pinggang celana jeans Ines yang memang agak longgar.
Jemariku bergerak lincah mengusap dan membelai selangkangan Ines yang
masih tertutup CDnya. jari tengah tanganku membelai permukaan CDnya
tepat diatas nonok nya, basah.
Aku terus mempermainkan jari tengahku
untuk menggelitik bagian yang paling pribadi tubuh Ines. Pinggul Ines
perlahan bergerak ke kiri, ke kanan dan sesekali bergoyang untuk
menetralisir ketegangan yang dialaminya. aku menyuruh Ines untuk membuka
celana jeans yang dipakainya. Ines menurunkan reitsliting celana
jeansnya. CD hitam yang dikenakannya begitu mini sehingga jembut
keriting yang tumbuh di sekitar nonok nya hampir sebagian keluar dari
pinggir CDnya.
DOMINO ONLINE
Aku membantu menarik turun celana jeans
Ines. Pinggulnya agak Inesikkan ketika aku agak kesusahan menarik celana
jeans Ines. Akupun melepas pakeanku. Posisi kami kini sama-sama tinggal
mengenakan CD. Tubuhnya semakin seksi saja. Pahanya begitu mulus.
Memang harus kuakui tubuhnya begitu menarik dan memikat, penuh dengan
sex appeal. Kami berpelukan. Dia menyentuh kontolku dari luar CD ku.
Ines melorotkan CD ku. Langsung kontolku yang panjangnya kira-kira 18 cm
serta agak gemuk dibelai dan digenggamnya.
Belaiannya begitu mantap menandakan Ines
juga begitu piawai dalam urusan yang satu ini. “Tangan kamu pintar juga
ya, Nes,”´ ujarku sambil memandang tangannya yang mengocok kontolku.
“Ya, mesti dong!” jawabnya sambil cekikikan. Jari-jariku masuk dari
samping CD langsung menyentuh bukit nonok Ines yang sudah basah.
Telunjukku membelai-belai itilnya sehingga Ines keenakan. “Diisep lagi
Nes. Kan sekarang lebih leluasa” kataku. Ines tertawa sambil mencubit
kontolku.
Aku meringis. “”Nggak muat di mulut
Ines, tadi dimobil kan cuma kepalanya yang masuk. Itu juga udah ampir
gak muat. gede banget sih kontolnya” selesai berkata demikian Ines
langsung tertawa kecil. “Kalau yang dibawah, gimana, muat gak?” tanyaku
lagi sambil menusukkan jari tengahku ke dalam nonok nya. Ines merintih
sambil memegang tanganku. Jariku sudah tenggelam ke dalam liang nonok
nya. Aku merasakan nonok nya berdenyut menjepit jariku. Ugh, pasti
nikmat sekali kalau kontolku yang diurut, pikirku. Segera CD nya
kulepaskan.
Perlahan tanganku menangkap toketnya dan
meremasnya kuat. Ines meringis. Diusapnya lembut kontolku yang sudah
keras banget. Tangannya begitu kreatif mengocok kontolku sehingga aku
merasa keenakan. Aku tidak hanya tinggal diam, tanganku membelai-belai
toketnya yang montok.
Kupermainkan pentilnya dengan jemariku,
sementara tanganku yang satunya mulai meraba jembut lebat di sekitar
nonok Ines. kuraba permukaan nonok Ines. Jari tengahku mempermainkan
itilnya yang sudah mengeras. kontolku kini sudah siap tempur dalam
genggaman tangan Ines, sementara nonok Ines juga sudah mulai
mengeluarkan cairan kental yang kurasakan dari jemari tanganku yang
mengobok-obok nonok nya. Kupeluk tubuh Ines sehingga kontolku menyentuh
pusarnya.
Tanganku membelai punggung lalu turun
meraba pantatnya yang montok. Ines membalas pelukanku dengan
melingkarkan tangannya di pundakku. Kedua telapak tanganku meraih pantat
Ines, kuremas dengan sedikit agak kasar lalu aku menaiki tubuhnya. Kaki
Ines dengan sendirinya mengangkang. Kuciumi lagi lehernya yang jenjang
lalu turun melumat toketnya. Telapak tanganku terus membelai dan meremas
setiap lekuk dan tonjolan pada tubuh Ines.
Aku melebarkan kedua pahanya sambil
mengarahkan kontolku ke bibir nonok nya. Ines mengerang lirih. Matanya
perlahan terpejam. Giginya menggigit bibir bawahnya untuk menahan laju
birahinya yang semakin kuat. Ines menatapku, matanya penuh nafsu seakan
memohon kepadaku untuk memasuki nonok nya. “Aku ingin mengentoti kamu,
Nes” bisikku pelan, sementara kepala kontolku masih menempel di belahan
nonok Ines. Kata ini ternyata membuat wajah Ines memerah.
Ines menatapku sendu lalu mengangguk
pelan sebelum memejamkan matanya. aku berkonsentrasi penuh dengan
menuntun kontolku yang perlahan menyusup ke dalam nonok Ines. Terasa
seret, memang, nikmat banget rasanya. Perlahan namun pasti kontolku
membelah nonok nya yang ternyata begitu kencang menjepit kontolku. nonok
nya begitu licin hingga agak memudahkan kontolku untuk menyusup lebih
ke dalam. Ines memeluk erat tubuhku sambil membenamkan kuku-kukunya di
punggungku hingga aku agak kesakitan. Namun aku tak peduli. “Maas, gede
banget, ohh..” Ines menjerit lirih.
Tangannya turun menangkap kontolku.
“Pelan mas”. Akhirnya kontolku terbenam juga di dalam nonok Ines. Aku
berhenti sejenak untuk menikmati denyutan-denyutan yang timbul akibat
kontraksi otot-otot dinding nonok Ines. Denyutan itu begitu kuat
sampai-sampai aku memejamkan mata untuk merasakan kenikmatan yang begitu
sempurna. Kulumat bibir Ines sambil perlahan-lahan menarik kontolku
untuk selanjutnya kubenamkan lagi. Aku menyuruh Ines membuka kelopak
matanya. Ines menurut.
Aku sangat senang melihat matanya yang
semakin sayu menikmati kontolku yang keluar masuk dari dalam nonokya.
“Aku suka nonokmu, Nes.. nonokmu masih rapet” ujarku sambil merintih
keenakan. Sungguh, nonok Ines enak sekali. “Kamu enak kan, Nes?” tanyaku
lalu dijawab Ines dengan anggukan kecil. Aku menyuruh Ines untuk
menggoyangkan pinggulnya. Ines langsung mengimbangi gerakanku yang naik
turun dengan goyangan memutar pada pinggangnya. “Suka kontolku, Nes?”
tanyaku lagi. Ines hanya tersenyum. kontolku seperti diremas-remas
ditambah jepitan nonok nya. “Ohh.. hh..” aku menjerit panjang. Rasanya
begitu nikmat.
Aku mencoba mengangkat dadaku, membuat
jarak dengan dadanya dengan bertumpu pada kedua tanganku. Dengan
demikian aku semakin bebas dan leluasa untuk mengeluar-masukkan kontolku
ke dalam nonok Ines. Kuperhatikan kontolku yang keluar masuk dari dalam
nonok nya. Dengan posisi seperti ini aku merasa begitu jantan. Ines
semakin melebarkan kedua pahanya sementara tangannya melingkar erat di
pinggangku.
Gerakan naik turunku semakin cepat
mengimbangi goyangan pinggul Ines yang semakin tidak terkendali. “Nes..
enak banget, kamu pintar deh.” ucapku keenakan. “Ines juga, mas”,
jawabnya. Ines merintih dan mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan.
Berulang kali mulutnya mengeluarkan kata, “aduh” yang diucapkan
terputus-putus. Aku merasakan nonok Ines semakin berdenyut sebagai
pertanda Ines akan mencapai puncak pendakiannya. Aku juga merasakan hal
yang sama dengannya, namun aku mencoba bertahan dengan menarik nafas
dalam-dalam lalu bernafas pelan-pelan untuk menurunkan daya rangsangan
yang kualami.
Aku tidak ingin segera menyudahi
permainan ini hanya dengan satu posisi saja. Aku mempercepat goyanganku
ketika kusadari Ines hampir nyampe. Kuremas toketnya kuat seraya mulutku
menghisap dan menggigit pentilnya. Kuhisap dalam-dalam. “Ohh.. hh..
mas..” jerit Ines panjang. Aku membenamkan kontolku kuat-kuat ke nonok
nya sampai mentok agar Ines mendapatkan kenikmatan yang sempurna.
Tubuhnya melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhnya
kejang. Kepalaku ditarik kuat terbenam diantara toketnya.
Pada saat tubuhnya menyentak-nyentak aku
tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi. “Nes, aakuu.. keluaarr,
Ohh.. hh..” jeritku. Ines yang masih merasakan orgasmenya mengunci
pinggangku dengan kakinya yang melingkar di pinggangku. Saat itu juga
aku memuntahkan peju hangat dari kontolku. Kurasakan tubuhku bagai
melayang. secara spontan Ines juga menarik pantatku kuat ke tubuhnya.
Mulutku yang berada di belahan dada Ines kuhisap kuat hingga
meninggalkan bekas merah pada kulitnya.
Telapak tanganku mencengkram toket Ines.
Kuraup semuanya sampai-sampai Ines kesakitan. Aku tak peduli lagi. Aku
merasakan nikmat yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggul Ines
pada saat aku mengalami orgasme. Tubuhku akhirnya lunglai tak berdaya
di atas tubuh Ines. kontolku masih berada di dalam nonok Ines. Ines
mengusap-usap permukaan punggungku. “Ines puas sekali dientot mas,”
katanya. Aku kemudian mencabut kontolku dari nonok nya.
Aku masuk kembali ke rumah. Ines
langsung masuk ke kamar mandi dan menyalakan shower . Aku bisa
mendengarnya karena pintu kamar mandi tidak ditutup. Tak lama kemudian,
shower terdengar berhenti dan Ines keluar. Ganti aku yg masuk ke kamar
mandi, aku hanya membersihkan tubuhku. Keluar dari kamar mandi, Ines
berbaring diranjang telanjang bulat. “Nes, kamu kok mau aku ajak
ngentot”, kataku.
“Kan Ines dah lama gak ngerasain
nikmatnya kontol mas, kontol mas besar lagi”, jawab Ines tersenyum.
“Malem ini kita men lagi ya mas”. Hebat banget Ines, gak ada matinya.
Pengennya dientot terus. “Ok aja, tapi sekarang kita cari makan dulu ya,
biar ada tenaga bertempur lagi nanti malem”, kataku sambil berpakaian.
Ines pun mengenakan pakaiannya dan kita pergi mencari makan malem.
Kembali ke rumah sudah hampir tengah malem, tadi kita selain makan
santai2 di pub dulu.
Di kamar kita langsung melepas pakaian
masing2 dan bergumul diranjang. Tangan Ines bergerak menggenggam
kontolku. Aku melenguh seraya menyebut namanya. Aku meringis menahan
remasan lembut tangannya pada kontolku. Ines mulai bergerak turun naik
menyusuri kontolku yang sudah teramat keras.
Sekali-sekali ujung telunjuknya mengusap
kepala kontolku yang sudah licin oleh cairan yang meleleh dari lubang
diujungnya. Kembali aku melenguh merasakan ngilu akibat usapannya.
Kocokannya semakin cepat. Dengan lembut aku mulai meremas-remas
toketnya.
Tangan Ines menggenggam kontolku dengan
erat. Pentilnya kupilin2. Ines masukan kontolku kedalam mulutnya dan
mengulumnya. Aku terus menggerayang toketnya, dan mulai menciumi
toketnya. Napsuku semakin berkobar. Jilatan dan kuluman Ines pada
kontolku semakin mengganas sampai-sampai aku terengah-engah merasakan
kelihaian permainan mulutnya. Aku membalikkan tubuhnya hingga berlawanan
dengan posisi tubuhku. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya
berada di bawahku.
Kami sudah berada dalam posisi enam
sembilan! Lidahku menyentuh nonok nya dengan lembut. Tubuhnya langsung
bereaksi dan tanpa sadar Ines menjerit lirih. Tubuhnya meliuk-liuk
mengikuti irama permainan lidahku di nonok nya. Kedua pahanya mengempit
kepalaku seolah ingin membenamkan wajahku ke dalam nonok nya. Kontolku
kemudian dikempit dengan toketnya dan digerakkan maju mundur, sebentar.
Aku menciumi bibir nonok nya, mencoba membukanya dengan lidahku.
Tanganku mengelus paha bagian dalam. Ines mendesis dan tanpa sadar
membuka kedua kakinya yang tadinya merapat.
Aku menempatkan diri di antara kedua
kakinya yang terbuka lebar. Kontol kutempelkan pada bibir nonok nya.
Kugesek-gesek, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Ines merasa
ngilu bercampur geli dan nikmat. nonok nya yang sudah banjir membuat
gesekanku semakin lancar karena licin. Ines terengah-engah merasakannya.
Aku sengaja melakukan itu. Apalagi saat kepala kontolku menggesek-gesek
itilnya yang juga sudah menegang. “Maas.?” panggilnya menghiba. “Apa
Nes”, jawabku sambil tersenyum melihatnya tersiksa. “Cepetan..”
jawabnya. Aku sengaja mengulur-ulur dengan hanya menggesek-gesekan
kontol. Sementara Ines benar-benar sudah tak tahan lagi mengekang
birahinya. “Ines sudah pengen dientot mas”, katanya. Ines melenguh
merasakan desakan kontolku yang besar itu.
Ines menunggu cukup lama gerakan
kontolku memasuki dirinya. Serasa tak sampai-sampai. Maklum aja, selain
besar, kontolku juga panjang. Ines sampai menahan nafas saat kontolku
terasa mentok di dalam, seluruh kontolku amblas di dalam. Aku mulai
menggerakkan pinggulnya pelan2. Satu, dua dan tiga enjotan mulai
berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam nonok nya membuat
kontolku keluar masuk dengan lancarnya. Ines mengimbangi dengan gerakan
pinggulnya. Meliuk perlahan.
Naik turun mengikuti irama enjotanku.
Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepat dan bertambah liar.
Gerakanku sudah tidak beraturan karena yang penting enjotanku mencapai
bagian-bagian peka di nonok nya. Ines bagaikan berada di surga merasakan
kenikmatan yang luar biasa ini. Kontolku menjejali penuh seluruh nonok
nya, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan kontolku
sangat terasa di seluruh dinding nonok nya.
Ines merintih, melenguh dan mengerang
merasakan semua kenikmatan ini. Ines mengakui keperkasaan dan
kelihaianku di atas ranjang. Yang pasti Ines merasakan kepuasan tak
terhingga ngentot denganku. Aku bergerak semakin cepat. kontolku
bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitivenya. Ines meregang tak kuasa
menahan napsu, sementara aku dengan gagahnya masih mengayunkan
pinggulku naik turun, ke kiri dan ke kanan. Erangannya semakin keras.
Melihat reaksinya, aku mempercepat gerakanku. kontolku yang besar dan
panjang itu keluar masuk dengan cepatnya. Tubuhnya sudah basah
bermandikan keringat.
Aku pun demikian. Ines meraih tubuhku
untuk didekap. Direngkuhnya seluruh tubuhku sehingga aku menindih
tubuhnya dengan erat. Ines membenamkan wajahnya di samping bahuku.
Pinggul nya diangkat tinggi-tinggi sementara kedua tangannya menggapai
pantatku dan menekannya kuat-kuat. Ines meregang. Tubuhnya
mengejang-ngejang. “maas..”, hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya
saking dahsyatnya kenikmatan yang dialaminya bersamaku. Aku menciumi
wajah dan bibirnya.
Ines mendorong tubuhku hingga
terlentang. Dia langsung menindihku dan menciumi wajah, bibir dan
sekujur tubuhku. Kembali diemutnya kontolku yang masih tegak itu.
Lidahnya menjilati, mulutnya mengemut. Tangannya mengocok-ngocok
kontolku. Belum sempat aku mengucapkan sesuatu, Ines langsung berjongkok
dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan masing-masing berada di
samping kiri dan kanan tubuhku. Nonok nya berada persis di atas
kontolku. “Akh!” pekiknya tertahan ketika kontolku dibimbingnya memasuki
nonok nya. Tubuhnya turun perlahan-lahan, menelan seluruh kontolku.
Selanjutnya Ines bergerak seperti sedang menunggang kuda. Tubuhnya
melonjak-lonjak.
Pinggulnya bergerak turun naik.
“Ouugghh. Nes.., luar biasa!” jeritku merasakan hebatnya permainannya.
Pinggulnya mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tanganku
mencengkeram kedua toketnya, kuremas dan dipilin-pilin. Aku lalu bangkit
setengah duduk. Wajah kubenamkan ke dadanya. Menciumi pentilnya.
Kuhisap kuat-kuat sambil kuremas-remas. Kami berdua saling berlomba
memberi kepuasan.
Kami tidak lagi merasakan panasnya udara
meski kamar menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh
kami jadi lengket satu sama lain. Ines berkutat mengaduk-aduk dengan
pinggulnya. Aku menggoyangkan pantatku. Tusukan kontolku semakin cepat
seiring dengan liukan pinggulnya yang tak kalah cepatnya. Permainan kami
semakin meningkat dahsyat. Sprei ranjang sudah tak karuan bentuknya,
selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat
pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali. AKu merasa
pejuku udah mau nyembur.
Aku semakin bersemangat memacu pinggulku
untuk bergoyang. Tak selang beberapa detik kemudian, Ines pun merasakan
desakan yang sama. Ines terus memacu sambil menjerit-jerit histeris.
Aku mulai mengejang, mengerang panjang. Tubuhnya menghentak-hentak liar.
Akhirnya, pejuku nyemprot begitu kuat dan banyak membanjiri nonok nya.
Ines pun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam dirinya.
Sambil mendesakan pinggulnya kuat-kuat,
Ines berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatan berbarengan
denganku. Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat.
“maas., nikmaat!” jeritnya tak tertahankan. Ines lemes, demikian pula
aku. Tenaga terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu
lebih dari 1 jam!
Akhirnya kami tertidur kelelahan. Liar
sekali Ines diranjang, baru sekali aku nemu abg seliar Ines, tetapi dia
telah memberikan kenikmatan yang luar biasa yang belum pernah aku
dapatkan dari abg lainnya yang pernah kuentot.
No comments:
Post a Comment